"Sembuh-Sakitnya, Hidup-Matinya Pasien Kan Bukan di Tangan Dokter"


Rumah Sakit Awal Bros, Bekasi

JAKARTA, Rumah Sakit Awal Bros berkali-kali diprotes oleh mantan pasiennya terkait SOP penindakan di rumah sakit tersebut.

Salah satu pasiennya adalah Falya Raffani Blegur (1), yang meninggal setelah diberi antibiotik dari rumah sakit.

Anak lainnya, Samuella Yerusallem (7) juga menderita cacat permanen di bagian dagu setelah ditangani dokter di RS tersebut.

Kedua keluarga memilih menempuh jalur hukum. Keluarga Falya melaporkan RS Awal Bros ke Polda Metro Jaya. Sedangkan proses hukum kasus Samuella telah masuk dalam pengadilan.

Diterpa masalah bertubi-tubi, Manajer Pemasaran RS Awal Bros Yadi Hariadi mengatakan, pihaknya meminta masyarakat paham bahwa dokter tidak pernah bisa menjamin kesembuhan.

"Semua dokter enggak ada yang bisa jamin pasiennya pasti sembuh. Ke dokter ini kan upaya saja dan dokter hanya menjalankan sesuai keilmuan dia. Sembuh sakitnya, hidup matinya pasien kan bukan di tangan dokter," ujar Yadi ketika dihubungi, Minggu (29/11/2015).

Menurut Yadi, setiap dokter pasti akan mengusahakan kesembuhan untuk pasiennya. Hal yang sama pasti dilakukan para dokter di RS Awal Bros terhadap pasiennya, Falya dan Samuella.

Namun, Yadi meminta keluarga tidak terus menyalahkan dokter jika kesembuhan tak kunjung datang.

"Orang sehat lagi tidur kalau sudah waktunya meninggal ya meninggal. Kalau gitu siapa yang disalahkan? Kasur?," ujar Yadi.

"Kalau begini caranya sedikit-sedikit dokter disalahkan, rumah sakit disalahkan karena enggak bisa menjamin kesembuhan, siapa generasi berikutnya yang mau jadi dokter?" ujar dia.

Namun, Yadi mengatakan, pihaknya mencoba memahami psikologis pasiennya.

Yadi paham setiap pasien di rumah sakit berharap kesembuhan dari dokter di rumah sakit. Apalagi mereka telah mengeluarkan banyak uang untuk kesembuhan keluarganya.

Itulah sebabnya RS Awal Bros hanya bisa menghadapi saja terpaan gugatan yang dilayangkan mantan pasien kepada institusinya.

No comments:

Post a Comment