Jeritan Jijik Seorang Perempuan di Dalam KRL

JAKARTA,  "...tetiba org sgerbong kaget, ada mba2 kaget treak kdgeran yg lain. Trnyta saat dy siap2 mw turun, dh ad cipratan *eju d skitar rok n tasnya..," tulis seorang teman di akun Facebook-nya.

Menurut dia, sebut saja Andi, kejadian ini terjadi pada Senin (30/11/2015) sekitar pukul 20.00. Saat itu, dia berada di gerbong campuran jurusan Jatinegara-Bogor.

Pada saat berada di Stasiun Lenteng Agung, Andi mendengar jeritan "iiih..." dari seorang perempuan yang terdengar jijik. Rupaya, kata dia, perempuan itu baru menyadari ada cairan di belakang rok dan tasnya.

"Ributlah orang sekitar dia. Ternyata di rok dan tasnya kayak basah dipeperin ingus gitu, dan di lantai juga ada cairan yang sama," kata Andi kepada Kompas.com.

"Menurut orang sekitar, dari tadi enggak ada yang muntah atau buang ingus. Pada sumpah serapahlah mereka. 'Itu pasti *eju. Awas kalau besok-besok kayak gini, orang begitu gebukin aja'," kata Andi mendengar umpatan dari si perempuan dan teman-temannya.

Saat itu, kata Andi, tidak ada petugas keamanan yang berada di dalam gerbong yang mereka tumpangi. Kondisi kereta juga sedang padat-padatnya penumpang.

Penumpang di sekitarnya kemudian membahas kira-kira pelakunya yang mana dan turun di mana. Kemudian, ketiganya turun di Stasiun Universitas Pancasila.

Menurut Andi, kejadian seperti ini bukan kali pertama terjadi. Dia menceritakan pernah menyaksikan langsung seorang penumpang laki-laki yang menempelkan bagian depannya ke penumpang perempuan.

"Habis Lebaran kemarin gue udah ngeliat sendiri sampai dua kali cowok berdiri sok-sok ngantuk. Tau-tau tiap kereta ngerem kayak sengaja nempelin bagian depan dia ke mbak-mbak di sampingnya. Itu sengaja. Gimana enggak penjahat kelamin itu," kata dia.

Menanggapi kejadian itu, Manajer Komunikasi PT KCJ Eva Chairunisa mengaku belum menerima laporan.

"Kalau memang ada, harusnya saya sudah menerima laporannya," kata Eva saat dihubungi, Selasa (1/12/2015).

Pihak PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ) mengimbau agar penumpang yang menjadi korban pelecehan seksual untuk melapor ke petugas.

Laporan bisa disampaikan ke petugas yang ada dalam kereta ataupun ke pengelola stasiun.

Eva mengatakan, laporan sangat dibutuhkan agar kejadian bisa ditindaklanjuti.

"Kalau tidak ada laporan, kita dilema juga gimana mau menindaklanjutinya," kata dia.

Menurut Eva, pada beberapa kasus, sering kali penumpang KRL yang menjadi korban pelecehan seksual enggan melaporkan kejadian yang dialaminya itu.

Ia kemudian menyamakan kasus tersebut dengan kasus pencopetan. Eva mengatakan, pada kasus pencopetan, penumpang sering kali enggan melapor, terutama bila barang miliknya ternyata sudah ditemukan.

"Penumpang mungkin merasa akan repot saat harus memberikan keterangan dan segala macam, tapi yang seperti itu memang harus dibutuhkan," ujar dia.

No comments:

Post a Comment