Sambil Menangis, Terpidana Mati Kasus Narkotik Bacakan Surat di Depan Hakim


Terpidana kasus narkotika yang divonis hukuman mati, Michael Titus Igweh (kaus putih), membacakan surat pernyataan sambil menangis di hadapan majelis hakim Pengadilan Negeri Tangerang, Selasa (31/5/2016). Titus mengajukan permohonan peninjauan kembali atas vonis hukuman matinya karena dinilai ada sejumlah kejanggalan selama proses persidangan.

TANGERANG,  Michael Titus Igweh, warga negara Nigeria yang jadi terpidana mati kasus narkotik, membacakan surat pernyataan saat mengajukan permohonan peninjauan kembali (PK) kedua kepada Mahkamah Agung melalui Pengadilan Negeri Tangerang, Selasa (31/5/2016).
Surat itu dibacakan Titus ketika tim kuasa hukumnya selesai membacakan permohonan peninjauan kembali di hadapan majelis hakim. Sembari menangis, Titus membacakan isi surat sebanyak tiga lembar yang dia tanda tangani di atas materai.
Berikut adalah isi surat Titus tersebut:

"Kepada yang mulia Bapak Hakim, saya, Michael Titus Igweh, percaya hakim masih punya hati nurani sebagai mahluk ciptaan Tuhan, begitu juga saya sebagai mahluk ciptaan Tuhan. Bukan karena terlahir sebagai warga negara Nigeria dan berkulit hitam. Bukan karena saya terlahir sebagai warga negara Nigeria dan berkulit hitam sehingga tidak punya persamaan hak atas hukum yang ada di Indonesia.
Saya sangat berharap kepada hakim dan tidak memandang saya setengah hati, akan tetapi sebagai mahluk ciptaan Tuhan yang sama-sama mempunyai persamaan hak atas hukum dan perlu diberikan rasa keadilan yang sebenarnya. Saya sangat memohon kepada Bapak Hakim, agar bersedia membuka kembali kasus saya.
Saya saat ini merasakan belum mendapatkan keadilan atas kasus perkara yang saya alami. Adapun hal yang membuat saya merasa demikian, bahwa saya mengalami kekerasan fisik, dan bahwa saya dipaksa mengakui berita acara pemeriksaan (BAP) yang dibuat oleh pihak kepolisian.
Selama empat kali dua bulan, saya mengalami intimidasi. Jika saya tidak mau mengikuti keinginan polisi, maka saya mungkin tidak akan berada di tempat ini. Saya selalu dipukuli, dan kemaluan saya disetrum, sampai tidak berdaya. Bahkan saya diancam akan ditembak.
Ada orang dari kepolisian yang bilang itu pengacara. Tapi, tidak ada bukti apa-apa yang mengatakan dia itu pengacara, juga tidak pernah membela saya. Bahkan, translator yang dibawa pihak kepolisian tidak memiliki kemampuan berbahasa Inggris dengan baik.
Saya merasa, BAP tersebut tidak sesuai dengan yang sebenarnya, dan hanya rekayasa dari kepolisian. Saya memahami ada beberapa warga negara Nigeria yang telah ditangkap atas kasus narkoba dan diputus bersalah oleh hakim karena betul-betul bersalah. Namun tidak berarti semua orang berkulit hitam warga negara Nigeria tidak baik.
Bapak Hakim yang mulia, masih banyak orang berkulit hitam warga negara Nigeria yang baik dan datang ke Indonesia untuk melakukan bisnis yang halal, termasuk saya, karena hubungan Nigeria dan Indonesia yang baik. Saya juga menyadari maraknya perdagangan narkoba di Indonesia.
Saya yakin jika pemerintah dan masyarakat Indonesia dapat mengatasi masalah peredaran narkoba sampai tuntas. Tapi, saya harap, peradilan hukum harus adil. Yang salah dinyatakan salah, yang benar dinyatakan benar. Jangan sampai ada penegak hukum yang menyalahgunakan wewenangnya menangkap orang tetapi orang tidak bersalah yang ditangkap dan dihukum.
Salah satunya adalah saya yang dituduh bersalah dan setelah menjalani penjara selama 13 tahun lebih, selama ini saya berjuang mencari keadilan, karena saya yakin, Tuhan akan memberikan perlindungan dan tidak pernah mengabaikan orang jujur dan tidak bersalah.
Saya korban rekayasa dari pihak kepolisian dan tidak ada alasan untuk dihukum mati. Dihukum, apalagi mati. Saya yakin, di negara besar seperti Indonesia, keadilan masih ada. Dan, saya yakin, perlu diuji dan dibuktikan dari segala aspek, tidak ada desakan dari pihak lain, sehingga tidak dijatuhkan hukuman mati kepada pihak yang tidak bersalah.
Saya sudah cukup menderita selama ditahan dan dijatuhi hukuman mati. Kadang saya bertanya kepada diri saya, apakah di negara Indonesia yang penuh kasih sayang ini, masih ada keadilan? Jawabannya, saya selalu yakin, Tuhan selalu menunjukkan orang yang akan menunjukkan keadilan bila waktunya sudah tiba."

No comments:

Post a Comment