Mujib, seorang pengrajin kayu bekas saat menunjukkan hasil kreatifitasnya dalam acara Seminar UKM di Hotel Tretes Raya, Prigen, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, Senin (30/5/2016)
PASURUAN, Kadang, munculnya kreativitas seseorang karena keterpaksaan. Berada dalam posisi terjepit, pikiran-pikiran kreatif itu akhirnya muncul.
Seperti yang dialami Mujib, perajin kayu bekas asal Dusun Wonosalam
RT 17 RW 6 Desa Candiwates, Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan, Jawa
Timur.
Kepada Kompas.com, pria kelahiran 1982 itu mengaku bahwa munculnya ide kreatif sebagai pengrajin kayu bekas itu setelah dirinya berada dalam posisi terjepit. Pada tahun 2007, Mujib mengalami kecelakaan yang menyebabkan persendian lututnya rusak dan tidak bisa normal seperti semula. Akibatnya, pria berperawakan tinggi sedang itu tidak bisa melanjutkan pekerjaannya sebagai pekerja proyek.
Tahun 2011, ide kreatif sebagai pengrajin kayu bekas itu muncul. Awalnya, Mujib sekedar melihat-lihat di salah satu perusahaan pengolah kayu yang ada di Kabupaten Pasuruan.
"Awalnya saya kerja ikut orang. Sejak kaki saya sakit karena kecelakaan, cari kerja jadi susah," katanya saat ditemui dalam acara Seminar UKM di Hotel Tretes Raya, Prigen, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, Senin (30/5/2016).
Mujib menyebut, sejak kesulitan mencari kerja itu lah, terlintas dibenaknya untuk membuat kerajinan kayu. Kayu yang dipakai adalah kayu bekas yang didapatnya dari limbah pabrik pengolah kayu.
"Awalnya bikin asbak (tempat abu pembakaran roko). Karena asbak masih jarang di pasaran," jelasnya.
Karena tidak memiliki teknik dasar pengolahan kayu, Mujib sempat merasa kesulitan. Tetapi pada akhirnya, tangannya jadi terampil mengolah kayu-kayu bekas itu. "Awalnya kesulitan, untungnya dikasih saudara untuk bantu alatnya," ucapnya.
Saat ini, tidak hanya asbak yang dibuat oleh Mujib. Berbagai alat terapi dan souvenir juga dibuatnya. Seperti lampu dinding, vas bunga dan gantungan kunci. Selain itu juga ada alat pijat leher, cermin, alat roll punggung, alat pijat remas, tempat pisau dan cermin yang berbahan kayu dan kaca.
Sebulan, Mujib mengaku bisa meraup untung hingga Rp 5 juta. Selain itu, Mujib juga sudah mempunyai dua karyawan. "Karyawannya masih baru. Masing belajar," ungkapnya.
Hasil-hasil kreativitas tangannya itu dijual mulai harga Rp 5.000 hingga 50.000. Pemasarannya saat ini sudah meluas. Yakni ke Surabaya dan daerah sekitar Kabupaten Pasuruan.
Kepada Kompas.com, pria kelahiran 1982 itu mengaku bahwa munculnya ide kreatif sebagai pengrajin kayu bekas itu setelah dirinya berada dalam posisi terjepit. Pada tahun 2007, Mujib mengalami kecelakaan yang menyebabkan persendian lututnya rusak dan tidak bisa normal seperti semula. Akibatnya, pria berperawakan tinggi sedang itu tidak bisa melanjutkan pekerjaannya sebagai pekerja proyek.
Tahun 2011, ide kreatif sebagai pengrajin kayu bekas itu muncul. Awalnya, Mujib sekedar melihat-lihat di salah satu perusahaan pengolah kayu yang ada di Kabupaten Pasuruan.
"Awalnya saya kerja ikut orang. Sejak kaki saya sakit karena kecelakaan, cari kerja jadi susah," katanya saat ditemui dalam acara Seminar UKM di Hotel Tretes Raya, Prigen, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, Senin (30/5/2016).
Mujib menyebut, sejak kesulitan mencari kerja itu lah, terlintas dibenaknya untuk membuat kerajinan kayu. Kayu yang dipakai adalah kayu bekas yang didapatnya dari limbah pabrik pengolah kayu.
"Awalnya bikin asbak (tempat abu pembakaran roko). Karena asbak masih jarang di pasaran," jelasnya.
Karena tidak memiliki teknik dasar pengolahan kayu, Mujib sempat merasa kesulitan. Tetapi pada akhirnya, tangannya jadi terampil mengolah kayu-kayu bekas itu. "Awalnya kesulitan, untungnya dikasih saudara untuk bantu alatnya," ucapnya.
Sejumlah kerajinan kayu bekas hasil kretaifitas Mujib, pengrajin kayu
bekas asal Desa Candiwates, Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan saat
dipamerkan dalam acara Seminar UKM di Hotel Tretes Raya, Prigen,
Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, Senin (30/5/2016)
Setelah
selesai membuat beberapa asbak, Mujib lantas membawanya ke lokasi
wisata yang ada di Kota Batu, Malang untuk menjajakan hasil karyanya
itu. Ternyata, berada di Kota Batu tidak hanya membuat dagangan Mujib
laku terjual. Melainkan banyak permintaan model lain yang bahannya juga
dari kayu.
"Saya buat, terus saya pasarkan sendiri ke Batu. Di situ baru ketemu pasar," kata dia.Saat ini, tidak hanya asbak yang dibuat oleh Mujib. Berbagai alat terapi dan souvenir juga dibuatnya. Seperti lampu dinding, vas bunga dan gantungan kunci. Selain itu juga ada alat pijat leher, cermin, alat roll punggung, alat pijat remas, tempat pisau dan cermin yang berbahan kayu dan kaca.
Sebulan, Mujib mengaku bisa meraup untung hingga Rp 5 juta. Selain itu, Mujib juga sudah mempunyai dua karyawan. "Karyawannya masih baru. Masing belajar," ungkapnya.
Hasil-hasil kreativitas tangannya itu dijual mulai harga Rp 5.000 hingga 50.000. Pemasarannya saat ini sudah meluas. Yakni ke Surabaya dan daerah sekitar Kabupaten Pasuruan.
No comments:
Post a Comment