"Teman Ahok" menggelar acara syukuran atas tercapainya batas suara minimal untuk calon independen di Markas Teman Ahok, Komplek Graha Pejaten, Jakarta Selatan, Senin (11/4/2016).
JAKARTA, Banyaknya kasus kriminalitas yang saat ini dikaitkan dengan Gubernur Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok diyakini oleh "Teman Ahok " tidak akan memengaruhi elektabilitas masyarakat pada Pilkada DKI 2017 mendatang.
Juru Bicara Teman Ahok, Singgih Widiyastomo, menilai kasus seperti pembelian lahan Rumah Sakit Sumber Waras,
proyek reklamasi, penertiban lahan seperti di Pasar Ikan, hingga
rencana penertiban Kampung Luar Batang tak akan mengubah kepercayaan
masyarakat kepada Ahok.
"Ini isu yang berkembang di masyarakat. Masyarakat sudah cukup cerdas untuk memilah hal tersebut," ujar Singgih kepada Kompas.com, Rabu (27/4/2016).
Kepercayaan diri Singgih berdasarkan pada hasil survei yang dilakukan Populi Center pada April 2016 yang menyebut elektabilitas Ahok meningkat, meski saat ini polemik pembelian lahan Rumah Sakit Sumber Waras dan dugaan suap reklamasi pantai utara Jakarta sedang mengemuka.
Kenaikan tersebut yakni dari 49,5 persen pada Februari 2016 menjadi 50,8 persen pada April 2016.
"Hasil survei Populi menunjukkan bahwa elektabilitas Ahok masih lebih tinggi dibanding yang lain. Artinya, masyarakat memberikan kepercayaan kepada Ahok. Tapi kembali lagi, kami serahkan semuanya kepada masyarakat biar mereka yang menilai," ujar Singgih.
Dari hasil survei tersebut, Yusril Ihza Mahendra menempati tempat kedua dengan persentase kenaikan dari 3 persen menjadi 5 persen. Selanjutnya, ada pengusaha Sandiaga Uno serta mantan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Adhyaksa Dault. Keduanya mendapat persentase elektabilitas sebesar 1,5 persen.
Elektabilitas Wali Kota Bandung Ridwan Kamil atau Emil justru menurun drastis. Turunnya elektabilitas Emil diduga dipicu pernyataannya yang tidak akan mencalonkan diri dalam Pilkada DKI Jakarta 2017. Sementara sebanyak 32,8 persen responden menjawab tidak tahu atau tidak menjawab.
Sebanyak 7,8 persen responden lainnya menjawab bakal calon gubernur lainnya, seperti Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, Ketua DPD Demokrat DKI Jakarta Nachrowi Ramli, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat.
Survei itu dilakukan dengan wawancara tatap muka pada 15-21 April 2016. Ratusan responden ini dipilih secara acak bertingkat atau multistage random sampling, dengan margin of error lebih kurang 4,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
"Ini isu yang berkembang di masyarakat. Masyarakat sudah cukup cerdas untuk memilah hal tersebut," ujar Singgih kepada Kompas.com, Rabu (27/4/2016).
Kepercayaan diri Singgih berdasarkan pada hasil survei yang dilakukan Populi Center pada April 2016 yang menyebut elektabilitas Ahok meningkat, meski saat ini polemik pembelian lahan Rumah Sakit Sumber Waras dan dugaan suap reklamasi pantai utara Jakarta sedang mengemuka.
Kenaikan tersebut yakni dari 49,5 persen pada Februari 2016 menjadi 50,8 persen pada April 2016.
"Hasil survei Populi menunjukkan bahwa elektabilitas Ahok masih lebih tinggi dibanding yang lain. Artinya, masyarakat memberikan kepercayaan kepada Ahok. Tapi kembali lagi, kami serahkan semuanya kepada masyarakat biar mereka yang menilai," ujar Singgih.
Dari hasil survei tersebut, Yusril Ihza Mahendra menempati tempat kedua dengan persentase kenaikan dari 3 persen menjadi 5 persen. Selanjutnya, ada pengusaha Sandiaga Uno serta mantan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Adhyaksa Dault. Keduanya mendapat persentase elektabilitas sebesar 1,5 persen.
Elektabilitas Wali Kota Bandung Ridwan Kamil atau Emil justru menurun drastis. Turunnya elektabilitas Emil diduga dipicu pernyataannya yang tidak akan mencalonkan diri dalam Pilkada DKI Jakarta 2017. Sementara sebanyak 32,8 persen responden menjawab tidak tahu atau tidak menjawab.
Sebanyak 7,8 persen responden lainnya menjawab bakal calon gubernur lainnya, seperti Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, Ketua DPD Demokrat DKI Jakarta Nachrowi Ramli, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat.
Survei itu dilakukan dengan wawancara tatap muka pada 15-21 April 2016. Ratusan responden ini dipilih secara acak bertingkat atau multistage random sampling, dengan margin of error lebih kurang 4,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
No comments:
Post a Comment