
Pilkada DKI 2017
JAKARTA, Hasil survei Saiful Mujani Research Center (SMRC) yang dirilis Kamis (20/10/2016) ini, elektabilitas pasangan petahana Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dan Djarot Saiful Hidayat lebih tinggi (45,4 persen) dibanding dua pasangan lainnya, Agus-Sylvi (22,4 persen) dan Anies (20,7 persen).
Jika hasil survei itu mencermin hasil Pilkada DKI 2017, pemilihan
harus berjalan dua putaran. Untuk menjadi pemenang di DKI, pasangan
calon harus meraih suara minimal 50 persen plus satu.
Lalu, bagaimana simulasinya jika Pilkada DKI berjalan dua putaran?
Jika Ahok-Djarot lolos ke putaran kedua melawan Agus-Sylvi, Ahok-Djarot dipilih 49,5 persen responden, sementara Agus-Sylvi dipilih 35,1 responden. Sisanya sebesar 15,4 persen tidak tahu atau rahasia.
Jika yang lolos bersama Ahok-Djarot adalah Anies-Sandi, Ahok-Djarot memperolehh 47,9 persen suara responden, sementara 36,9 persen memilih Anies-Sandiaga. Adapun sisanya 15,1 persen tidak tahu atau rahasia.
Kemudian, jika yang melaju ke putaran kedua adalah Agus-Sylvi dan Anies-Sandi, Agus dipilih 37,2 persen responden, sementara Anies dipilih 34,0 persen responden. Sisanya sebesar 28,8 persen menjawab tidak tahu atau rahasia.
"Artinya, pemilih Ahok akan geser kemana-mana, ada migrasi, ke kubu Agus," kata Direktur Program SMRC, Sirojudin Abbas, di Hotel Pan Pacific, Jakarta Pusat, Kamis.
Kendati elektabilitas Ahok masih lebih tinggi dari kedua penantangnya, Sirojudin mengatakan kedua penantang itu menunjukkan kinerja cukup baik dalam sosialisasi mengingat mereka relatif baru dalam kontestasi Pilkada DKI.
"Terutama pasangan Agus-Sylvi yang lebih baru dalam sosialisasi sebagai pasangan, perolehan dukungan terhadap mereka cukup kompetitif, terutama kalau dibandingkan dengan Anies yang relatif lebih lama dikenal publik dan pasangannya Sandi yang lebih dulu melakukan sosialisasi untuk Pilkada Jakarta," kata Sirojudin.
Tantangan bagi Agus dan Anies untuk mengejar ketertinggalan suara disebut akan sulit karena survei juga menunjukkan bahwa 70 persen responden menyatakan kemungkinan besar tidak akan mengubah pilihannya pada saat pemilihan nanti.
Hanya 29 persen yang menyatakan mungkin untuk mengubah pilihan. Kendati demikian, bukan tak mungkin perubahan dukungan pemilih secara signifikan akan terjadi.
Survei itu dilakukan pada 1-9 Oktober 2016 dengan jumlah responden 648 warga DKI yang ditarik secara multistage random sampling. Margin of error rata-rata sebesar kurang lebih 3,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Survei didanai oleh SMRC sendiri.
Populasi tersebar 23,3 persen di Jakarta Barat, 10,9 di Jakarta Pusat, 22,1 persen di Jakarta Selatan, 27,4 persen di Jakarta Timur, 16,0 persen di Jakarta Utara, dan 0,3 persen di Kepulauan Seribu.
Lalu, bagaimana simulasinya jika Pilkada DKI berjalan dua putaran?
Jika Ahok-Djarot lolos ke putaran kedua melawan Agus-Sylvi, Ahok-Djarot dipilih 49,5 persen responden, sementara Agus-Sylvi dipilih 35,1 responden. Sisanya sebesar 15,4 persen tidak tahu atau rahasia.
Jika yang lolos bersama Ahok-Djarot adalah Anies-Sandi, Ahok-Djarot memperolehh 47,9 persen suara responden, sementara 36,9 persen memilih Anies-Sandiaga. Adapun sisanya 15,1 persen tidak tahu atau rahasia.
Kemudian, jika yang melaju ke putaran kedua adalah Agus-Sylvi dan Anies-Sandi, Agus dipilih 37,2 persen responden, sementara Anies dipilih 34,0 persen responden. Sisanya sebesar 28,8 persen menjawab tidak tahu atau rahasia.
"Artinya, pemilih Ahok akan geser kemana-mana, ada migrasi, ke kubu Agus," kata Direktur Program SMRC, Sirojudin Abbas, di Hotel Pan Pacific, Jakarta Pusat, Kamis.
Kendati elektabilitas Ahok masih lebih tinggi dari kedua penantangnya, Sirojudin mengatakan kedua penantang itu menunjukkan kinerja cukup baik dalam sosialisasi mengingat mereka relatif baru dalam kontestasi Pilkada DKI.
"Terutama pasangan Agus-Sylvi yang lebih baru dalam sosialisasi sebagai pasangan, perolehan dukungan terhadap mereka cukup kompetitif, terutama kalau dibandingkan dengan Anies yang relatif lebih lama dikenal publik dan pasangannya Sandi yang lebih dulu melakukan sosialisasi untuk Pilkada Jakarta," kata Sirojudin.
Tantangan bagi Agus dan Anies untuk mengejar ketertinggalan suara disebut akan sulit karena survei juga menunjukkan bahwa 70 persen responden menyatakan kemungkinan besar tidak akan mengubah pilihannya pada saat pemilihan nanti.
Hanya 29 persen yang menyatakan mungkin untuk mengubah pilihan. Kendati demikian, bukan tak mungkin perubahan dukungan pemilih secara signifikan akan terjadi.
Survei itu dilakukan pada 1-9 Oktober 2016 dengan jumlah responden 648 warga DKI yang ditarik secara multistage random sampling. Margin of error rata-rata sebesar kurang lebih 3,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Survei didanai oleh SMRC sendiri.
Populasi tersebar 23,3 persen di Jakarta Barat, 10,9 di Jakarta Pusat, 22,1 persen di Jakarta Selatan, 27,4 persen di Jakarta Timur, 16,0 persen di Jakarta Utara, dan 0,3 persen di Kepulauan Seribu.
No comments:
Post a Comment