"Go-Jek, Order Fiktif Itu seperti Apa?"


Salah seorang driver Go-jek melakukan orasi di halaman Balai Kota Bandung, Jalan Wastukencana, Selasa (1/12/2015). Mereka memprotes kebijakan PT Go-jek Indonesia yang melakukan suspend massal.

BANDUNG,  Aksi skors massal PT Go-Jek Indonesia dikecam oleh para pengemudinya karena dilakukan secara sepihak dan tanpa penjelasan.

Hal itu bermula saat sejumlah pengemudi Go-Jek tiba-tiba tak bisa mengambil orderan, Senin (30/11/2015).

Para pengemudi yang terkena suspend mendapat pesan singkat dari pihak manajemen Go-Jek yang mengharuskan mereka membayar denda dengan nominal bervariasi.

"Kemarin, pukul 10.00 pagi, pas dapat orderan, tidak bisa diterima. Ada tulisan 'Maaf booking Anda gagal, tidak bisa menerima order karena telah di-suspend oleh manajemen'," kata pengemudi Go-Jek berinisial N dalam aksi di halaman Balai Kota Bandung, Jalan Wastukencana, Selasa (1/12/2015).

Pria berusia 35 tahun itu melanjutkan, tak berselang lama, dia kembali mendapat pesan singkat yang berisikan harus membayar denda Rp 5,5 juta. Menurut dia, denda tersebut berlaku untuk para pengemudi yang melakukan pelanggaran, salah satunya melakukan order fiktif.

"Mereka bilang punya bukti (pelanggaran). Pertanyaan saya satu kepada Go-Jek, order fiktif itu seperti apa? Kalau ada yang order, kan masuk handphone kami," ujarnya.

Nasib serupa juga dialami Budi (29). Tanpa sebab yang jelas, dia mendapat pesan singkat dari manajemen Go-Jek yang mengharuskannya membayar denda sebesar Rp 26 juta.

"Saya enggak tahu mesti bilang apa. Padahal saya baru tiga bulan narik," ungkapnya.

No comments:

Post a Comment