Presiden Jokowi diwawancarai Straits Times di Istana Bogor, Minggu (26/07)
JAKARTA, Merapatnya Partai Amanat Nasional (PAN) ke dalam barisan parpol pendukung pemerintahan menjadi angin segar bagi pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla. Tahun 2015 pun diprediksi akan ditutup Presiden Jokowi dengan tersenyum.
Hal itu diungkapkan Direktur Eksekutif Lingkar Madani, Ray
Rangkuti, dalam sebuah diskusi di Jakarta, Selasa (29/12/2015). Menurut
dia, senyum Jokowi semakin mengembang ketika Partai Keadilan Sejahtera
mulai menjajaki langkah serupa.
"Tahun 2015 ini akan ditutup Jokowi dengan ketawa," kata Ray.
Ia menuturkan, selama ini kedua parpol itu berada di dalam barisan Koalisi Merah Putih. Namun, meski memosisikan diri sebagai koalisi oposisi pemerintah, KMP dianggap kurang bersikap layaknya seperti oposisi.
"KMP itu disatukan bukan karena visi yang sama, melainkan karena sakit yang sama, yakni kekalahan pada masa lalu saat pilpres sehingga KMP tidak memiliki pola dan arah serta terkesan tidak memiliki strategi sebagai oposisi," kata dia.
Ia menambahkan, puncak tanda-tanda keretakan KMP sebenarnya terlihat ketika mereka menghadapi polemik kasus "papa minta saham" di Mahkamah Kehormatan Dewan.
Kasus tersebut menyeret nama mantan Ketua DPR, Setya Novanto, yang juga merupakan Wakil Ketua Umum Partai Golkar hasil Munas Bali.
"Menjelang putusan, Jokowi justru mengundang komedian ke Istana dan tertawa-tawa seakan telah terbebas dari persoalan. Maka dari itu, tahun ini akan ditutup Jokowi dengan tertawa, bukan karena kinerja Jokowi, melainkan karena peran oposisi yang tidak bekerja seperti oposisi," ungkapnya.
"Tahun 2015 ini akan ditutup Jokowi dengan ketawa," kata Ray.
Ia menuturkan, selama ini kedua parpol itu berada di dalam barisan Koalisi Merah Putih. Namun, meski memosisikan diri sebagai koalisi oposisi pemerintah, KMP dianggap kurang bersikap layaknya seperti oposisi.
"KMP itu disatukan bukan karena visi yang sama, melainkan karena sakit yang sama, yakni kekalahan pada masa lalu saat pilpres sehingga KMP tidak memiliki pola dan arah serta terkesan tidak memiliki strategi sebagai oposisi," kata dia.
Ia menambahkan, puncak tanda-tanda keretakan KMP sebenarnya terlihat ketika mereka menghadapi polemik kasus "papa minta saham" di Mahkamah Kehormatan Dewan.
Kasus tersebut menyeret nama mantan Ketua DPR, Setya Novanto, yang juga merupakan Wakil Ketua Umum Partai Golkar hasil Munas Bali.
"Menjelang putusan, Jokowi justru mengundang komedian ke Istana dan tertawa-tawa seakan telah terbebas dari persoalan. Maka dari itu, tahun ini akan ditutup Jokowi dengan tertawa, bukan karena kinerja Jokowi, melainkan karena peran oposisi yang tidak bekerja seperti oposisi," ungkapnya.
No comments:
Post a Comment