Indef: Indonesia Punya Posisi Tawar yang Kuat dengan Freeport

JAKARTA, Peneliti dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Ariyo Dharma Pahla Irmahna mengatakan, posisi Indonesia dalam proses renegoisasi kontrak PT Freeport Indonesia cukup kuat. Baik itu secara konstitusi maupun secara kebutuhan.

Pasalnya, dalam kurun waktu lima tahun terakhir kapital Freeport McMoran di pasar saham Amerika Serikat mengalami penurunan. Hal itu membuat Freeport begitu bernafsu untuk bisa mendapatkan kepastian perpanjangan kontrak pertambangan di Indonesia.

"Sebab, tambang Freeport di Indonesia itu khusus untuk emas adalah yang terbesar," kata Ariyo saat diskusi bertajuk "Kegaduhan Freeport untuk Siapa?" di Jakarta, Selasa (29/12/2015).

Menurut dia, Freeport membutuhkan kepastian perpanjangan kontrak untuk mengembalikan kapital mereka.

Di sisi lain, saat ini Freeport dianggap tidak dapat memberikan kontribusi besar terhadap masyarakat Papua. Dia mengungkapkan, sumbangan Produk Domestik Bruto Nasional Triwulan III-2015 yang berasal dari Papua tidak sampai 2 persen.

Terpuruknya kondisi Freeport McMorran juga diamini Kementerian ESDM. Direktur Pembinaan Pengusaha Mineral Kementerian ESDM, Muhammad Hidayat menuturkan, Freeport McMorran memiliki tujuh tambang yang tersebar di Amerika, Indonesia dan Afrika.

Dari tujuh tambang yang ada, PT Freeport Indonesia menjadi penyumbang emas terbesar untuk Freeport McMorran. Sementara dari dua tambang Freeport McMorran di Amerika Utara dan Amerika selatan hanya bisa menyumbangkan 1 persen emas.

"Tapi tambang Freeport di Indonesia bisa menyumbangkan 99 persen emas. Jadi memang cukup besar nilainya ini," kata dia.

Ia mengatakan, pemerintah kini sedang berupaya untuk meningkatkan nilai tambah hasil pertambangan.

Salah satunya dengan meminta Freeport untuk membangun smelter untuk mengolah emas di Tanah Air. Sebab, selama ini emas yang diproduksi Freeport diolah di Jepang. Indonesia hanya mengolah tembaga yang dihasilkan oleh perusahaan itu.

"Kalau ke depan smelter dibangun di Indonesia, maka produksi akan dilakukan di Indonesia dan itu akan meningkatkan nilai tambah," kata dia.

No comments:

Post a Comment