Gerindra Sebut Survei yang Menangkan Ahok Itu Kalahkan Dukun Super


Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama wawancara wartawan seusai peresmian ruang publik terpadu ramah anak (RPTRA) Tanah Abang III, Jakarta Pusat, Kamis (24/3/2016).

JAKARTA,  Ketua Tim Penjaringan Cagub DKI Partai Gerindra Syarif menilai, hasil survei Charta Politika yang mengatakan bahwa 51,9 persen pemilih Partai Gerindra akan memilih Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama merupakan suatu propaganda. "Wah mirip propaganda ini," ujar Syarif di Gedung DPRD DKI, Jalan Kebon Sirih, Kamis (31/3/2016).
Sebab, menurut dia, sampai saat ini Basuki belum resmi dicalonkan dalam Pilkada DKI 2017.
Demikian juga dengan Gerindra yang belum menentukan calon gubernur yang akan diusungnya.
Karena belum adanya calon definitif yang diusung Gerindra, maka menurut dia, Basuki atau Ahok belum memiliki penantang definitif.
"Kecuali kalau lawan tandingnya sudah definitif dan variabelnya lengkap boleh lah diapresiasi survei itu, tetapi ini seperti sudah mengalahkan dukun yang super he he he," kata Syarif.
Menurut dia, masih terlalu dini jika lembaga survei menyimpulkan seperti itu.

"Ini mirip menebak bayi di dalam kandungan yang masih di bawah 2 bulan, sudah di USG kelihatan kelaminnya dan dipastikan lahir, tetapi tetap masih terlalu prematur berkesimpulan seperti itu," sambung dia.
Mengenai hasil survei tadi, Syarif mengatakan bahwa sangat tidak mungkin jika kader Partai Gerindra mendukung Basuki atau Ahok.
Meskipun demikian, diakuinya, simpatisan Gerindra mungkin saja mendukung mantan Bupati Belitung Timur itu.
"Kalau kader sangat tidak mungkin, kecuali ada faktor X yang membuat dia dukung Ahok, tetapi kalau simpatisan kemungkinan ada dan jumlah tidak banyak," ujar dia.
Hasil survei yang dilakukan Charta Politika menunjukkan, sikap Partai Gerindra yang secara konsisten tidak mau mendukung Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok berbanding terbalik dengan para pemilihnya.
Dari 400 responden yang disurvei Charta Politika, 13 persen memilih Gerindra sebagai partai politik untuk menyalurkan aspirasinya.
Namun, dari para pemilih Partai Gerindra itu, 51,9 persen di antaranya memilih Ahok menjadi calon gubernur DKI Jakarta.

Sisanya, 15,4 persen memilih Yusril Ihza Mahendra, sebanyak 5,8 persen memilih Sadiaga Uno, sebanyak 5,8 persen memilih Hidayat Nur Wahid, sebanyak 3,8 persen memilih Adhyaksa Dault, sebanyak 7,7 persen memilih calon lain, dan 5,8 persen tidak memilih atau tidak menjawab.
Pengumpulan data untuk survei itu dilakukan pada 15-20 Maret 2016 melalui wawancara tatap muka dengan menggunakan metode kuesioner terstruktur.
Jumlah sampel sebanyak 400 responden yang tersebar di lima wilayah kota administrasi dan satu kepulauan di DKI Jakarta.
Survei ini dilakukan dengan menggunakan metode acak bertingkat dengan margin of error lebih kurang 4,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Survei ini dilakukan setelah Ahok mengumumkan bakal calon wakil gubernurnya, Heru Budi Hartono.

No comments:

Post a Comment