Ekskul Berbasis Sampah, Melatih Kreativitas dan Kepedulian Lingkungan


Para siswa MI Kalisidi 02, Ungaran, Kabupaten Semarang menunjukkan aneka hiasan jendela berbahan sampah plastik hasil kreativitas mereka.

UNGARAN,  Saat ini sampah plastik menjadi fokus perhatian berbagai pihak. Berbeda dengan sampah organik, sampah plastik sangat sulit terurai. Butuh waktu yang lama untuk menguraikan plasti. Hal ini menimbulkan permasalahan tersendiri dalam penanganannya.
Selama ini tanpa disadari, peranan para pemulung dalam mengurangi timbunan sampah plastik sangatlah besar kendati tidak bisa menghilangkan seratus persen sampah plastik yang ada.
Perlu sebuah gerakan bersama untuk mengurangi sampah plastik secara masif, termasuk dari kalangan sekolah. Sebab, sekolah merupakan salah satu sumber penghasil sampah.
Setiap hari berapa banyak sampah yang dihasilkan? Kenapa siswa tidak dilibatkan untuk menanganinya?
Di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Kalisidi 02, Ungaran, Kabupaten Semarang ini misalnya.  Para guru dan siswanya mengelola sampah plastik melalui kegiatan ekstrakurikuler berbasis sampah. Cara ini dinilai kreatif dan menyenangkan.
Simak saja bagiamana siswa-siswa dari pelosok desa ini piawai memainkan melodi yang dinamis dari berbagai barang bekas. Galon bekas, ember yang tak terpakai, kaleng cat, kaleng biskuit berpadu dengan tiupan pianika dan pukulan rebana ternyata mampu menghasilkan melodi lagu gambang suling yang apik. Orkestrasi dari baran-barang bekas ini mereka sebut "Drum Blek".
"Pakai botol, kaleng wafer dan dari galon, ember, gentog terus ada bas juga. Pertamanya sulit, tapi lama-lama jadi gampang dan menyenangkan," kata Muhammad Naufal Alfaid, salah satu siswa MI Kalisidi 02.
Selain musik, ekstrakurikuler berbasissampah lainya adalah pembuatan hiasan dan mainan dari sampah. Sedotan bekas, gelas plastik hingga bekas kemasan kemasan makanan disulap menjadi aneka karya yang menarik.
Sedotan bekas jajanan anak-anak misalnya. Setelah dicuci bersih, lalu dibelah melebar. Kemudian dilipat berpola segitiga. Segitiga-segitiga ini lalu diuntai menggunakan benang dan jarum, maka jadilah hiasan jendela yang cantik.
"Kalau jajan terus beli minuman dikumpulin, ada cup gelas, sama sedotan, sama botol plastik. Dibuat hiasan jendela, hiasan pintu, topi, buat mobil-mobilan," kata Cici, Siswa MI Kalisidi 02 lainnya.

Kepala MI Kalisidi 02, Lukman bercerita bahwa kegiatan ekstrakurikuler berbasis sampah ini memang menjadi bagian dari program sekolah untuk mengurangi sampah plastik. Sekolah menyediakan dua jenis tong sampah untuk sampah organik dan sampah anorganik. Dari sinilah sekolah mendapatan bahan-bahan untuk kegiatan ekstrakurikuler ini.
Bahkan sekolah yang bernaung dibawah Lembaga Pendidikan Ma'arif Nahdlatul Ulama (NU) Kabupaten Semarang ini, sudah menerapkan Bank Sampah di lingkungan sekolah. Dengan demikian para siswa bisa mendapatkan insentif dari hasil penjualan sampah yang terkumpul.
"Kita berpikir sampah ini bisa dimanfaatkan untuk media pembelajaran di kelas. Seperti yang kita lihat tadi, bisa dibuat menjadi aneka mainan. Ini sekaligus untuk menanamkan konsep pada mereka tentang gaya, misalkan di IPA. Kemudian kita juga manfaatkan untuk kerajinan tangan," jelas Lukman.
Mengajarkan anak-anak sejak dini untuk peduli lingkungan dan memanfaatkan kembali sampah-sampah disekitar mereka ini madi bersih, tentunya bisa melatih kreativitas mereka dengan memanfaatkan kembali sampah-sampah disekitar mereka.
Melalui media sampah, anak-anak juga bisa bermain gembira dengan menggunakan sampah untuk bermusik hingga membuat aneka mainan yang menarik sesuai imajinasi mereka.

No comments:

Post a Comment