Pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta 2017 nomor urut satu, Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni saat mengikuti debat perdana calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta 2017 yang diselenggarakan Komisi Pemilihan Umum Provinsi DKI Jakarta di Hotel Bidakara, Jakarta, Jumat (13/1/2017).
JAKARTA, Tren elektabilitas pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta nomor pemilihan satu, Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni, melemah selama tiga bulan terakhir. Demikian menurut hasil survei Indikator Politik Indonesia yang dirilis pada Rabu (25/1/2017) ini di Jakarta.
Direktur Eksekutif Indikator Burhanuddin Muhtadi memaparkan, sejak November 2016-Januari 2017, elektabilitas Agus-Sylvi terus melemah. Pada survei November 2016, tingkat elektabilitas Agus-Sylvi sebesar 30,4 persen, Desember 2016 sebesar 26,5 persen, dan Januari 2017 sebesar 23,6 persen.
Berbeda dari Agus-Sylvi, dua pasangan lain, yaitu Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok-Djarot Saiful Hidayat mengalami tren kenaikan elektabilitas selama tiga bulan terakhir. Ahok-Djarot disebut telah mengalami peningkatan signifikan. Pada November 2016, elektabilitas Ahok-Djarot sebesar 26,2 persen, Desember 2016 sebesar 31,8 persen, dan Januari 2017 sebesar 38,2 persen.
Tren elektabilitas Anies-Sandi stagnan. Elektabilitas pasangan itu pada November 2016 sebesar 24,5 persen, Desember 2016 sebesar 23,9 persen, dan Januari 2017 sebesar 23,8 persen.
Sementara itu, responden yang belum memutuskan pilihan atau tidak tahu terus menurun. Pada November 2016 sebesar 18,9 persen, pada Desember 2016 sebesar 17,8 persen, dan pada Januari 2017 sebesar 14,5 persen.
Burhanuddin Muhtadi menduga, penurunan elektabilitas Agus-Sylvi disebabkan beberapa faktor, seperti ketidakikutsertaan pada debat di luar debat resmi dari KPU DKI dan penilaian saat debat resmi KPU.
Pada debat resmi KPU, menurut survei Indikator, Agus-Sylvi berada di posisi terakhir dibanding dua paslon lain.
"Tren penurunan 30 persen menjadi 23 persen ini lebih banyak disumbangkan persepsi (negatif) masyarakat terhadap kemampuan Agus dalam memimpin Jakarta," kata Burhanuddin.
Berbeda dari Agus-Sylvi, dua pasangan lain, yaitu Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok-Djarot Saiful Hidayat mengalami tren kenaikan elektabilitas selama tiga bulan terakhir. Ahok-Djarot disebut telah mengalami peningkatan signifikan. Pada November 2016, elektabilitas Ahok-Djarot sebesar 26,2 persen, Desember 2016 sebesar 31,8 persen, dan Januari 2017 sebesar 38,2 persen.
Tren elektabilitas Anies-Sandi stagnan. Elektabilitas pasangan itu pada November 2016 sebesar 24,5 persen, Desember 2016 sebesar 23,9 persen, dan Januari 2017 sebesar 23,8 persen.
Sementara itu, responden yang belum memutuskan pilihan atau tidak tahu terus menurun. Pada November 2016 sebesar 18,9 persen, pada Desember 2016 sebesar 17,8 persen, dan pada Januari 2017 sebesar 14,5 persen.
Burhanuddin Muhtadi menduga, penurunan elektabilitas Agus-Sylvi disebabkan beberapa faktor, seperti ketidakikutsertaan pada debat di luar debat resmi dari KPU DKI dan penilaian saat debat resmi KPU.
Pada debat resmi KPU, menurut survei Indikator, Agus-Sylvi berada di posisi terakhir dibanding dua paslon lain.
"Tren penurunan 30 persen menjadi 23 persen ini lebih banyak disumbangkan persepsi (negatif) masyarakat terhadap kemampuan Agus dalam memimpin Jakarta," kata Burhanuddin.
No comments:
Post a Comment