Kisah Kelenteng Berusia 190 Tahun di Tepi Sungai Bolango Gorontalo


Klenteng Tuluh Harapan kita di pusat kota Gorontalo dibangun kaum imigran dari Tiongkok pada awal abad 19.

GORONTALO, Sejak dibangun tahun 1827, Kelenteng Tulus Harapan Kita Gorontalo selalu ramai saat menjelang Imlek.
Banyak warga menyempatkan diri melihat dari dekat persiapan menyambut Tahun Baru Imlek ini. Mereka adalah warga lokal yang sudah familiar dengan etnis Tionghoa.
Kelenteng Tulus Harapan Kita berada tepat di sisi timur Sungai Bolango, sungai yang dijadikan lalu lintas perdagangan sejak zaman Kerajaan Gorontalo.
“Kelenteng ini dibangun oleh imigran dari Tiongkok,” kata Maryam Lamadilaw (75), sesepuh warga Tionghoa di Gorontalo, Kamis (26/1/2017).
Para pendatang dari China ini rata-rata berasal dari daerah Hokkian dan Kanton. Mereka datang langsung dari negeri leluhurnya ke Gorontalo untuk mengadu nasib. Yang berasal dari daerah daratan umumnya memiliki pekerjaan petani, tukang kayu, atau nelayan. Sementara itu, yang berasal dari daerah pesisir umumnya menjadi pedagang.
“Setiap malam, leluhur kami berkumpul di tepi Sungai Bolango. Mereka membincangkan kehidupan sehari-hari, termasuk kebutuhan untuk beribadah,” kata Maryam.
Dari kongko-kongko imigran China itu, kemudian tercapai kesepakatan untuk mendirikan kelenteng. Masyarakat Tionghoa yang saat itu sudah mulai menjalankan perekonomian di tepi muara Sungai Bolango ini bahu-membahu mengumpulkan dana.
“Nama-nama penyumbang pembangunan kelenteng masih tersimpan dalam plakat kayu jati hingga kini,” kata Hengky Kamoli, pengurus kelenteng.
Sayangnya, nama-nama penyumbang ini tidak diketahui oleh generasi sekarang. Banyak warga Tionghoa sudah tidak mampu membaca huruf China tersebut.

No comments:

Post a Comment