Presiden Filipina Rodrigo Duterte bersama para tentara saat berkunjung ke sebuah kamp militer di Pulau Jolo.
MANILA, Kebijakan keras yang diambil Presiden Filipina Rodrigo Duterte terkait pemberantasan peredaran narkoba di negaranya terus berlanjut dan kian mengundang perhatian.
Perintah tembak mati terhadap gembong pengedar dan para pengguna
narkoba, bisa jadi merupakan program yang telah membuat Duterte
"masyur", tak hanya di Filipina tapi pun di dunia.
Dalam sebuah kesempatan konferensi pers di Manila, Rabu (24/8/2016), Duterte kembali menyinggung tentang persoalan ini.
Dia mengatakan, penegakan hukum terhadap warga yang terlibat narkoba tak akan memandang bulu. Hukum berlaku bagi warga miskin dan juga kaya.
Selanjutnya, Duterte memaparkan pandangannya, tentang tingkatan bahaya dari kokain, heroin, dan sabu.
Menurut Duterte, dari ketika produk tersebut, sabu merupakan narkoba yang paling berbahaya.
"Kerusakan yang dialami pengguna kokain dan heroin tak separah para pemakai sabu," kata Duterte.
Duterte menyebut, kokain dan heroin merupakan zat derivatif dari opium yang tumbuh di alam. "Jadi dampak yang ditimbulkan tak separah sabu," kata dia.
Menurut Duterte, sabu yang diproduksi dengan zat kimia mengandung unsur yang sangat mematikan dan merusak otak.
"Metamfetamina dalam sabu adalah sebuah kombinasi dari zat-zat mematikan, bahkan ada yang dibuat dari kandungan aki bekas,” kata Duterte seperti dikutip GMA News Online.
Duterte mengatakan, dalam enam bulan hingga satu tahun setelah seorang pengguna sabu mengalami fase ketagihan, maka dia akan mengalami kerusakan otak.
"Orang-orang itu lalu tak bisa membedakan benar atau salah," kata dia seperti dilansir CNN Filipina.
Masalah semakin pelik, ketika sabu merupakan jenis narkoba yang paling murah dibandingkan heroin dan kokain. Dengan demikian produk ini bisa dijangkau oleh warga miskin.
Sementara, harga kokain dan heroin jauh lebih tinggi, sehingga peredarannya relatif terbatas dibandingkan sabu.
Kendati demikian, Duterte menegaskan, pengguna heroin, kokain, maupun sabu akan mendapat ganjaran yang sama.
"Bukan karena mereka miskin lalu mereka dapat pengecualian. Saya tidak akan melakukan itu. Perintah saya jelas, hancurkan narkoba," tegas dia.
Sabu atau yang dikenal dengan nama metamfetamina awalnya adalah obat psikostimulansia dan simpatomimetik.
Produk ini dipakai untuk gangguan hiperaktivitas, berupa kekurangan perhatian atau narkolepsi.
Metamfetamina kemudian banyak disalahgunakan sebagai narkoba. Produk massal pun dilakukan dengan berbagai bahan kimia.
Sementara, heroin atau juga dikenal dengan nama putaw adalah zat setengah sintetis yang dibuat dari morfin, yang merupakan derivatif getah biji tanaman opium.
Bentuknya bubuk berwarna putih dan juga kristal putih.
Lalu, kokain atau cocain hydrochloride adalah bubuk kristal dari ekstraksi daun coca. Produk ini merangsang sistem pusat syaraf dan menekan nafsu makan.
Penggunaannya dengan cara dicampur ke dalam minuman, dihisap seperti rokok, disuntikkan ke pembuluh darah, dan dihirup dari hidung dengan pipa kecil.
Dalam sebuah kesempatan konferensi pers di Manila, Rabu (24/8/2016), Duterte kembali menyinggung tentang persoalan ini.
Dia mengatakan, penegakan hukum terhadap warga yang terlibat narkoba tak akan memandang bulu. Hukum berlaku bagi warga miskin dan juga kaya.
Selanjutnya, Duterte memaparkan pandangannya, tentang tingkatan bahaya dari kokain, heroin, dan sabu.
Menurut Duterte, dari ketika produk tersebut, sabu merupakan narkoba yang paling berbahaya.
"Kerusakan yang dialami pengguna kokain dan heroin tak separah para pemakai sabu," kata Duterte.
Duterte menyebut, kokain dan heroin merupakan zat derivatif dari opium yang tumbuh di alam. "Jadi dampak yang ditimbulkan tak separah sabu," kata dia.
Menurut Duterte, sabu yang diproduksi dengan zat kimia mengandung unsur yang sangat mematikan dan merusak otak.
"Metamfetamina dalam sabu adalah sebuah kombinasi dari zat-zat mematikan, bahkan ada yang dibuat dari kandungan aki bekas,” kata Duterte seperti dikutip GMA News Online.
Duterte mengatakan, dalam enam bulan hingga satu tahun setelah seorang pengguna sabu mengalami fase ketagihan, maka dia akan mengalami kerusakan otak.
"Orang-orang itu lalu tak bisa membedakan benar atau salah," kata dia seperti dilansir CNN Filipina.
Masalah semakin pelik, ketika sabu merupakan jenis narkoba yang paling murah dibandingkan heroin dan kokain. Dengan demikian produk ini bisa dijangkau oleh warga miskin.
Sementara, harga kokain dan heroin jauh lebih tinggi, sehingga peredarannya relatif terbatas dibandingkan sabu.
Kendati demikian, Duterte menegaskan, pengguna heroin, kokain, maupun sabu akan mendapat ganjaran yang sama.
"Bukan karena mereka miskin lalu mereka dapat pengecualian. Saya tidak akan melakukan itu. Perintah saya jelas, hancurkan narkoba," tegas dia.
Sabu atau yang dikenal dengan nama metamfetamina awalnya adalah obat psikostimulansia dan simpatomimetik.
Produk ini dipakai untuk gangguan hiperaktivitas, berupa kekurangan perhatian atau narkolepsi.
Metamfetamina kemudian banyak disalahgunakan sebagai narkoba. Produk massal pun dilakukan dengan berbagai bahan kimia.
Sementara, heroin atau juga dikenal dengan nama putaw adalah zat setengah sintetis yang dibuat dari morfin, yang merupakan derivatif getah biji tanaman opium.
Bentuknya bubuk berwarna putih dan juga kristal putih.
Lalu, kokain atau cocain hydrochloride adalah bubuk kristal dari ekstraksi daun coca. Produk ini merangsang sistem pusat syaraf dan menekan nafsu makan.
Penggunaannya dengan cara dicampur ke dalam minuman, dihisap seperti rokok, disuntikkan ke pembuluh darah, dan dihirup dari hidung dengan pipa kecil.
No comments:
Post a Comment