Ketua DPRD DKI Bandingkan Pelayanan RS di Indonesia dengan di Malaysia


Ketua DPRD DKI Jakarta, Prasetio Edi Marsudi

JAKARTA,  Ketua DPRD DKI Jakarta, Prasetio Edi Marsudi, menyatakan ada perbedaan mencolok dalam pelayanan rumah sakit di Indonesia dengan di Malaysia. Ia menyatakan di Malaysia, penagihan biaya rumah sakit dilakukan belakangan setelah si pasien mendapat pelayanan dan sembuh dari penyakitnya.
Menurut Prasetio, kondisi berbeda terjadi di rumah sakit di Indonesia. Di Indonesia yang seringkali terjadi rumah sakit menagih di awal saat si pasien baru datang dan butuh penanganan segera terhadap penyakitnya.
"Kelemahan rumah sakit di sini, tidak cuma di Jakarta, tapi juga secara umum di Indonesia seperti itu. Uang dulu, baru orangnya masuk. Jadi orang sudah hampir mati, butuh pertolongan segera, masih dimintain uang," ujar Prasetio di Gedung DPRD DKI Jakarta, Jumat (26/8/2016).
Ia menyampaikan hal itu saat menerima pengaduan seorang warga mengenai percaloan kamar dan nomor antrean di rumah sakit umum daerah (RSUD) Tarakan, Jakarta Pusat. Menurut Prasetio, perbandingan pelayanan rumah sakit di Indonesia dan di Malaysia yang diutarakannya berdasarkan pengalaman salah seorang koleganya di DPRD DKI, Syahrial.
Ia menyebut Syahrial pernah sakit dan dirawat di rumah sakit yang ada di Penang, Malaysia.
"Pak Syahrial di sana begitu datang, dirawat dulu. Sudah sembuh, baru ditagih biayanya sekian-sekian," ujar Prasetio.
Baru-baru ini, Prasetio mengaku dirinya menerima laporan dari warga mengenai adanya percaloan kamar di RSUD di Jakarta. Laporan itu menyebutkan adanya calo yang memintai pungutan kepada warga yang ingin rawat inap. Jika tidak mau membayar, calo akan menyatakan kamar di RSUD itu sedang penuh.
Ada pula warga yang mengadukan adanya calo nomor antrean di RSUD Tarakan. Warga itu mengatakan, orang yang datang ke rumah sakit akan langsung diberi nomor antrean besar. Jika ia ingin mendapat nomor kecil, mereka maka harus membayar pungutan ke calo.

No comments:

Post a Comment