Cerita Dokter Forensik Pernah Dipukul dan Diancam Senjata Tajam Saat Otopsi
Terdakwa Jessica Kumala Wongso saat mengikuti sidang saksi kasus pembunuhan Wayan Mirna Salihin di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Rabu (3/8/2016). Jessica merupakan terdakwa kasus pembunuhan Mirna dengan dugaan menaruh zat sianida ke dalam kopi yang diminum Mirna di Cafe Olivier, Grand Indonesia, Januari lalu.
JAKARTA, Ahli Kedokteran Forensik dari Universitas Indonesia (UI), Profesor dr Budi Sampurna, bercerita soal pengalamannya melakukan otopsi. Menurut dia, untuk melakukan otopsi di Indonesia bukan perkara mudah. Sebab, tindakan itu masih tak lazim dan mendapat pertentangan di masyarakat. "Beberapa kali (dokter) dipukul di RSCM (Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo). Bahkan, ada beberapa peristiwa yang mengerikan sekali. Keluarga korban ada yang gunakan senjata tajam," kata Budi di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Rabu (31/8/2016), saat menjadi saksi dalam sidang pengadilan kasus kematian Wayan Mirna Salihin dengan terdakwa Jessica Kumala Wongso.
Karena itu, kata Budi, dokter tak akan melakukan otopsi bila tidak dilindungi polisi. Perlindungan itu wajib melekat pada setiap dokter yang melakukan otopsi. Hal itu juga berlaku dalam kasus Wayan Mirna Salihin.
"Kami masih gak yakin dengan perlindungan keamanan di Indonesia," katanya.
Fakta soal jenazah Mirna tak diotopsi terungkap saat pemeriksaam dokter forensik dari Rumah Sakit Sukanto Mabes Polri, dr Slamet Purnomo beberapa minggu lalu.
Otopsi merupakan pemeriksaan menyeluruh pada tubuh orang yang telah meninggal. Otopsi dilakukan untuk mengetahui penyebab dan bagaimana orang tersebut meninggal.
Alasan Slamet saat itu tidak melakukan otopsi lantaran penyidik hanya meminta untuk dilakukan pengambilan sampel lambung, empedu, hati dan urine. Selain itu, jenazah Mirna juga sudah dalam kondisi diawetkan dan dirias. Alasan lainnya adalah bahwa tak melulu setiap kasus kematian harus diotopsi.
Mirna meninggal setelah meminum kopi vietnam yang dipesan Jessica di kafe Olivier, Grand Indonesia, Rabu (6/1/2016). Berdasarkan pemeriksaan polisi, Mirna dikatakan meninggal karena racun sianida. Racun itu masuk ke tubuh Mirna lewat kopi yang diminumnya itu.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment