Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok seusai mengajukan gugatan judicial review terhadap Pasal 70 (3) Undang-undang Nomor 10 Tahun 2016 tentang Pilkada di Mahkamah Konstitusi, Senin (22/8/2016).
JAKARTA, Juru Bicara Tim Pemenangan Basuki Tjahaja Purnama untuk Pemilihan Gubernur DKI 2017, Raja Juli Antoni, menyesalkan sikap sejumlah politisi PDI-P yang kerap menyerang Ahok.
Ia meminta para kader PDI-P mencontoh kesantunan Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri yang tak pernah menyerang pribadi siapapun.
"Kawan-kawan di PDI-P yang tidak suka Ahok harusnya bisa menahan diri. Menjaga kesantunan politik yang selama ini mejadi ciri khas politik Ibu Megawati," kata Toni, melalui keterangan tertulisnya, Jumat (26/8/2016).
Toni mencontohkan, pernyataan Ketua DPP PDI-P Andreas Hugo Pareira yang menyebut Ahok harus menjadi calon wakil gubernur jika ingin diusung PDI-P.
"Pernyataan Ahok jadi cawagub bukan cagub itu merendahkan Ahok dan parpol-parpol pengusung Ahok. Kalau tidak suka tidak perlu merendahkan," kata Toni.
Selain tidak santun, ia menilai, pernyataan Andreas tersebut tak mewakili sikap PDI-P.
Sebab, Sekjen PDI-P Hasto Kristiyanto sebelumnya sudah menyebut bahwa opsi pertama partainya adalah mengusung Ahok bersama pasangannya saat ini, Djarot Saiful Hidayat.
"Kami anggap itu pernyataan pribadi Andreas Pareira dan kawan-kawannya yang selama ini memang tidak suka Ahok," kata dia.
Toni juga masih percaya Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri akan menjatuhkan pilihannya kepada Ahok.
Ia menilai, Megawati mempunyai intuisi dan kearifan politik yang kuat memilih cagub yang berpihak pada rakyat.
Apalagi, kata dia, Ahok sebenarnya hanya meneruskan program-program Jokowi ketika menjadi gubernur, yaitu program-program pemberdayaan wong cilik yang menjadi basis PDI-P, seperti program Kartu Jakata Pintar dan Kartu Jakarta Sehat.
Hasil survei SMRC, lanjut dia, mengindikasikan bahwa 81 persen wong cilik, pemilih PDI-P di DKI Jakarta, mendukung Ahok untuk menjadi gubernur lima tahun mendatang.
"Tentu Ibu Megawati paham benar aspirasi pemilih PDI-P di grass roots," kata Toni.
"Kawan-kawan di PDI-P yang tidak suka Ahok harusnya bisa menahan diri. Menjaga kesantunan politik yang selama ini mejadi ciri khas politik Ibu Megawati," kata Toni, melalui keterangan tertulisnya, Jumat (26/8/2016).
Toni mencontohkan, pernyataan Ketua DPP PDI-P Andreas Hugo Pareira yang menyebut Ahok harus menjadi calon wakil gubernur jika ingin diusung PDI-P.
"Pernyataan Ahok jadi cawagub bukan cagub itu merendahkan Ahok dan parpol-parpol pengusung Ahok. Kalau tidak suka tidak perlu merendahkan," kata Toni.
Selain tidak santun, ia menilai, pernyataan Andreas tersebut tak mewakili sikap PDI-P.
Sebab, Sekjen PDI-P Hasto Kristiyanto sebelumnya sudah menyebut bahwa opsi pertama partainya adalah mengusung Ahok bersama pasangannya saat ini, Djarot Saiful Hidayat.
"Kami anggap itu pernyataan pribadi Andreas Pareira dan kawan-kawannya yang selama ini memang tidak suka Ahok," kata dia.
Toni juga masih percaya Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri akan menjatuhkan pilihannya kepada Ahok.
Ia menilai, Megawati mempunyai intuisi dan kearifan politik yang kuat memilih cagub yang berpihak pada rakyat.
Apalagi, kata dia, Ahok sebenarnya hanya meneruskan program-program Jokowi ketika menjadi gubernur, yaitu program-program pemberdayaan wong cilik yang menjadi basis PDI-P, seperti program Kartu Jakata Pintar dan Kartu Jakarta Sehat.
Hasil survei SMRC, lanjut dia, mengindikasikan bahwa 81 persen wong cilik, pemilih PDI-P di DKI Jakarta, mendukung Ahok untuk menjadi gubernur lima tahun mendatang.
"Tentu Ibu Megawati paham benar aspirasi pemilih PDI-P di grass roots," kata Toni.
No comments:
Post a Comment