Puluhan pengumpul barang rongsokan di Banyuwangi menjadi ujung tombak kampanye penggunaan garam ber iodium sedang berkumpul di Kantor Dinas Kesehatan Banyuwangi Kamis (25/8/2016)
BANYUWANGI, Puluhan pengumpul barang rongsokan menerima bantuan keranjang dan juga garam yodium dari Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi Kamis (25/8/2016).
Garam beryodium tersebut nantinya akan ditukar dengan barang-barang
rusak milik warga sehingga jumlah masyarakat yang mengkonsumsi garam ber
iodium di Banyuwangi semakin meningkat.
"Di Banyuwangi kan ada budaya jika barang rusak yang diberi ke pengumpul barang rongsokan akan barter dengan garam. Nah untuk itu. kami mengajak pengumpul barang bekas untuk ikut mengkampanyekan slogan "Jangan Asal Asin" sehingga garam yang ditukar ke masyarakat benar-benar mengandung yodium," ungkap Plt Kepala Dinas Kesehatan Widji Letariono kepada Kompas.com Kamis (25/8/2016).
Para pengumpul barang rongsokan tersebut juga dibekali satu botol kecil "iodina test" untuk mengetahui apakah garam yang mereka miliki mengandung yodium atau tidak. Jika garam yang diberikan Dinas Kesehatan sudah habis, maka mereka bisa melakukan tes sendiri pada garam yang mereka beli.
Menurut Widji, 70 persen garam yang ada di pasaran Kabupaten Banyuwangi tidak mengandung iodium, walaupun ada tulisan mengandung iodium di label kemasannya.
"Bisa dikatakan garamnya palsu karena ada tulisannya yodium saat dites tidak ada kandungannya. Pemeriksaan itu kami lakukan pada tahun 2015. Jadi harapannya para pengumpul rosokan ini jadi ujung tombak untuk mengkampanyekan garam beryodium," ungkapnya.
Kabupaten Banyuwangi sendiri masuk kategori 11 kabupaten di Jawa Timur yang masuk kategori "kurang yodium sedang" ke "kurang yodium berat", sedangkan penggunaan garam yodium di rumah tangga di Banyuwangi sudah mencapai 89,7 persen dengan target minimal 90 persen.
Yodium, menurut Widji, memiliki banyak manfaat bagi tubuh untuk mencegah gangguan akibat kekurangan yodium (GAKI), seperti pembesaran kelenjar gondok, stunting (pendek), cretin (cebol), gangguan perkembangan mental serta menyebabkan keguguran dan kematian bayi dalam kandungan.
Widji mengatakan, biasanya gangguan terjadi di wilayah dataran tinggi karena kandungan yodium pada air tanahnya masih kurang, sehingga digiatkan di Kecamatan Kota Banyuwangi, Giri, Kalipuro, Glagah, Licin, Kabat dan Rogojamp.
"Dari pengumpul barang rongsokan ini terbanyak ya dari kecamatan tersebut. Mereka kami edukasi beberapa waktu lalu tentang garam beryodium, mulai dari efek negatif jika mengkonsumsi garam tidak beryodium hingga manfaat garam beryodium. Dalam aksinya nanti, mereka juga kami lengkapi dengan brosur seputar informasi tersebut,” tuturnya.
Sementara itu, Rapi'i (75), pengumpul barang rongsokan, mengaku, selama ini tidak pernah mengetahui apakah garam yang ditukarkannya mengandung yodium atau tidak. Biasanya, dia mendapatkan garam yang akan ditukar dengan barang bekas tersebut dari Pasar Blambangan.
"Diajari kalau garamnya nanti ditetesin cairan. Kalau garamnya berubah warnanya ungu berarti ada yodiumnya. Kalau enggak warna ungu, nanti saya cari garam lainnya," ungkapnya.
Dia juga mengaku mendapatkan ilmu baru dan akan membawa terus cairan untuk tes garam beryodium.
"Nanti saya pamer ke langganan saya kalau garam saya sehat dan mengandung yodium," katanya sambil tertawa.
"Di Banyuwangi kan ada budaya jika barang rusak yang diberi ke pengumpul barang rongsokan akan barter dengan garam. Nah untuk itu. kami mengajak pengumpul barang bekas untuk ikut mengkampanyekan slogan "Jangan Asal Asin" sehingga garam yang ditukar ke masyarakat benar-benar mengandung yodium," ungkap Plt Kepala Dinas Kesehatan Widji Letariono kepada Kompas.com Kamis (25/8/2016).
Para pengumpul barang rongsokan tersebut juga dibekali satu botol kecil "iodina test" untuk mengetahui apakah garam yang mereka miliki mengandung yodium atau tidak. Jika garam yang diberikan Dinas Kesehatan sudah habis, maka mereka bisa melakukan tes sendiri pada garam yang mereka beli.
Menurut Widji, 70 persen garam yang ada di pasaran Kabupaten Banyuwangi tidak mengandung iodium, walaupun ada tulisan mengandung iodium di label kemasannya.
"Bisa dikatakan garamnya palsu karena ada tulisannya yodium saat dites tidak ada kandungannya. Pemeriksaan itu kami lakukan pada tahun 2015. Jadi harapannya para pengumpul rosokan ini jadi ujung tombak untuk mengkampanyekan garam beryodium," ungkapnya.
Kabupaten Banyuwangi sendiri masuk kategori 11 kabupaten di Jawa Timur yang masuk kategori "kurang yodium sedang" ke "kurang yodium berat", sedangkan penggunaan garam yodium di rumah tangga di Banyuwangi sudah mencapai 89,7 persen dengan target minimal 90 persen.
Yodium, menurut Widji, memiliki banyak manfaat bagi tubuh untuk mencegah gangguan akibat kekurangan yodium (GAKI), seperti pembesaran kelenjar gondok, stunting (pendek), cretin (cebol), gangguan perkembangan mental serta menyebabkan keguguran dan kematian bayi dalam kandungan.
Widji mengatakan, biasanya gangguan terjadi di wilayah dataran tinggi karena kandungan yodium pada air tanahnya masih kurang, sehingga digiatkan di Kecamatan Kota Banyuwangi, Giri, Kalipuro, Glagah, Licin, Kabat dan Rogojamp.
"Dari pengumpul barang rongsokan ini terbanyak ya dari kecamatan tersebut. Mereka kami edukasi beberapa waktu lalu tentang garam beryodium, mulai dari efek negatif jika mengkonsumsi garam tidak beryodium hingga manfaat garam beryodium. Dalam aksinya nanti, mereka juga kami lengkapi dengan brosur seputar informasi tersebut,” tuturnya.
Sementara itu, Rapi'i (75), pengumpul barang rongsokan, mengaku, selama ini tidak pernah mengetahui apakah garam yang ditukarkannya mengandung yodium atau tidak. Biasanya, dia mendapatkan garam yang akan ditukar dengan barang bekas tersebut dari Pasar Blambangan.
"Diajari kalau garamnya nanti ditetesin cairan. Kalau garamnya berubah warnanya ungu berarti ada yodiumnya. Kalau enggak warna ungu, nanti saya cari garam lainnya," ungkapnya.
Dia juga mengaku mendapatkan ilmu baru dan akan membawa terus cairan untuk tes garam beryodium.
"Nanti saya pamer ke langganan saya kalau garam saya sehat dan mengandung yodium," katanya sambil tertawa.
No comments:
Post a Comment