Direktur Eksekutif Lingkar Madani, Ray Rangkuti di Maarif Institute, Jakarta, Selasa (15/11/2016).
JAKARTA, Demo 4 November oleh sejumlah ormas keagamaan dianggap mengubah cara pandang Presiden Joko Widodo terhadap partai koalisi pendukung pemerintah.
Direktur Eksekutif Lingkar Madani Indonesia, Ray Rangkuti, menilai, safari politik yang dilakukan Jokowi dengan mengundang sejumlah petinggi parpol ke Istana Negara merupakan upaya ntuk menata ulang dukungan
Hal itu disampaikan Ray dalam diskusi "Peta Politik Pasca-4/11: Mempertanyakan Loyalitas Partai-Partai Pendukung Jokowi" di Jakarta, Jumat (25/11/2016).
"Jokowi selama ini agak terbuai dengan hasil survei tingkat kepuasan masyarakat, dan menganggap konsolidasi politik selesai ketika PAN masuk koalisi," kata dia.
Hadir dalam diskusi tersebut peneliti Para Syndicate Ari Nurcahyo, Ketua DPP PDI Perjuangan Andreas Pareira dan Wasekjen DPP Partai Gerindra, Ahmad Riza Patria.
Menurut Ray, Jokowi terlalu bangga dengan kemampuan konsolidasi yang dimilikinya.
Hal ini membuat dia terkesan lupa untu melakukan konsolidasi dengan pihak luar seperti ormas keagamaan.
"Tingkat kekuasaan itu tidak koheren dengan dukungan. Itu kenapa, konsolidasi dengan parpol, ulama, dan pihak-pihak lain perlu terus dilakukan. Ruang politik yang kosong jangan dibiarkan terlalu lama," ujar dia.
Ray juga menilai, dukungan parpol selama ini tidak memberikan jaminan bahwa dukungan itu diberikan secara penuh.
Ada partai yang secara tulus ingin mengawal pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla agar berjalan stabil. Namun, ada pula yang tidak.
"Motivasi partai masuk ke dalam kabinet bisa beda-beda. Satu, karena visi misi, atau karena kepentingan dan ada juga karena manisnya kekuasaan," kata dia.
Silaturahim politik yang dilakukan Jokowi dengan Ketua Umum Gerindra, Prabowo Subianto, serta dialog politik dengan ketua umum lainnya seperti Megawati Soekarnoputri (PDIP), M Rommahurmuziy (PPP), Surya Paloh (Nasdem) dan Setya Novanto (Golkar), menurut Ray, bagian dari upaya untuk menguatkan kembali dukungan yang ada pasca demo 4 November.
"Tujuannya paling tidak ya konsolidasi kekuasaan. Implikasi ketentraman stabilitas dan lain-lain," ujarnya.
Hal itu disampaikan Ray dalam diskusi "Peta Politik Pasca-4/11: Mempertanyakan Loyalitas Partai-Partai Pendukung Jokowi" di Jakarta, Jumat (25/11/2016).
"Jokowi selama ini agak terbuai dengan hasil survei tingkat kepuasan masyarakat, dan menganggap konsolidasi politik selesai ketika PAN masuk koalisi," kata dia.
Hadir dalam diskusi tersebut peneliti Para Syndicate Ari Nurcahyo, Ketua DPP PDI Perjuangan Andreas Pareira dan Wasekjen DPP Partai Gerindra, Ahmad Riza Patria.
Menurut Ray, Jokowi terlalu bangga dengan kemampuan konsolidasi yang dimilikinya.
Hal ini membuat dia terkesan lupa untu melakukan konsolidasi dengan pihak luar seperti ormas keagamaan.
"Tingkat kekuasaan itu tidak koheren dengan dukungan. Itu kenapa, konsolidasi dengan parpol, ulama, dan pihak-pihak lain perlu terus dilakukan. Ruang politik yang kosong jangan dibiarkan terlalu lama," ujar dia.
Ray juga menilai, dukungan parpol selama ini tidak memberikan jaminan bahwa dukungan itu diberikan secara penuh.
Ada partai yang secara tulus ingin mengawal pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla agar berjalan stabil. Namun, ada pula yang tidak.
"Motivasi partai masuk ke dalam kabinet bisa beda-beda. Satu, karena visi misi, atau karena kepentingan dan ada juga karena manisnya kekuasaan," kata dia.
Silaturahim politik yang dilakukan Jokowi dengan Ketua Umum Gerindra, Prabowo Subianto, serta dialog politik dengan ketua umum lainnya seperti Megawati Soekarnoputri (PDIP), M Rommahurmuziy (PPP), Surya Paloh (Nasdem) dan Setya Novanto (Golkar), menurut Ray, bagian dari upaya untuk menguatkan kembali dukungan yang ada pasca demo 4 November.
"Tujuannya paling tidak ya konsolidasi kekuasaan. Implikasi ketentraman stabilitas dan lain-lain," ujarnya.
No comments:
Post a Comment