Kepercayaan Penuh Sumarsono kepada Bamus Betawi...


Plt Gubernur DKI Jakarta Sumarsono berkunjung ke perkampungan budaya Betawi Setu Babakan, Jagakarsa, Selasa (22/11/2016).

JAKARTA,  Keputusan Pelaksana tugas Gubernur DKI Jakarta Sumarsono memberikan dana hibah untuk Bamus Betawi berseberangan dengan sikap Gubernur non-aktif DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama. Basuki sempat menghentikan pemberian dana hibah untuk Bamus Betawi lantaran kesal organisasi itu telah berpolitik.
Ahok menilai, Bamus Betawi melontarkan kebencian terhadapnya pada perayaan Lebaran Betawi. Saat itu, organisasi kemasyarakatan lokal di Jakarta itu juga hanya akan mendukung gubernur betawi.
  
Hal-hal itulah yang membuat Basuki atau Ahok gusar sehingga memutuskan untuk menghentikan dana hibah.
Menurut dia, tidak pantas sebuah organisasi yang bersikap politis tetap menerima dana APBD.
Sementara di bawah kepemimpinan Sumarsono, dana hibah dikucurkan lagi. Rinciannya, Rp 2,5 miliar dari APBD Perubahan DKI 2016 dan Rp 5 miliar dari APBD DKI 2017.
Apa yang membuat Sumarsono membuat keputusan itu?
"Membangun sebuah kota tidak lepas dari budaya setempat. Semua kultur pelestarian budaya enggak mungkin bisa berjalan sendiri tampa pemerintah. Karena itulah insentif dari pemerintahan daerah itu penting krn tugas pemerintah adalah mengembangkan dan melestarikan budaya," ujar Sumarsono di Balai Kota DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jumat (25/11/2016) malam.

Sumarsono punya tekad yang kuat untuk melestarikan budaya Betawi di Jakarta. Dana hibah merupakan satu dari sejumlah kebijakan yang dia buat untuk melestarikan kebudayan Betawi.
Sumarsono diketahui sudah menerbitkan pergub untuk operasional perda tentang pelestarian kebudayaan Betawi.
Selain itu, Sumarsono sedang menggodok ikon Betawi yang akan dipasang di seluruh gedung Jakarta nantinya. Dia ingin nuansa Betawi kental di Jakarta.
"Jadi enggak usah dipersoalkan kalau dulu disetop, sekarang hidup kembali. Sekarang lagi dibutuhkan," ujar Sumarsono.
Beri kepercayaan
Sumarsono memberi kepercayaan kepada Bamus Betawi untuk bisa mengelola dana hibah yang diberikan.
Harapan Direktur Jenderal Kementerian Dalam Negeri ini, Bamus Betawi bisa mengelola dana itu untuk menghidupkan budaya Betawi di Jakarta. Sumarsono memilih berpikir positif kepada organisasi itu.
"Hidup itu harus penuh kepercayaan. Berpikir positif kepada yang kita bantu. Jangan kita bantu orang tapi kita curiga. Jangan berpikir, 'kita bantu tapi kalau orang ini maling bagaimana?', enggak boleh. Kita percaya dulu, positif dulu," ujar Sumarsono.
  
Apalagi, kata Sumarsono, selama ini tidak ada masalah dengan laporan pertanggungjawaban Bamus Betawi. Tidak ada kekhawatiran bahwa Bamus Betawi akan menggunakan uang itu untuk urusan politik.
Menurut Sumarsono, tokoh-tokoh Betawi pasti akan ikut mengawasi penggunaan uang itu.
"Kalau mereka ditanya boleh enggak uang ini buat politik? Pasti teriak, 'jangan dong, kita kan butuh masa buat politik'. Jadi enggak usah curiga dan khawatir, berpikir positif saja," ujar Sumarsono.
Sumarsono tidak keberatan jika gubernur periode selanjutnya mengubah kembali kebijakan ini. Setidaknya, di bawah kepemimpinan dia, organisasi pelestari budaya Betawi harus didukung.
Harapan tinggi Sumarsono diletakan di pundak tokoh-tokoh Betawi itu. Dia percaya, para tokoh adalah orang yang netral.
"Bamus Betawi netral, tokoh Betawi juga netral. Setelah saya enggak menjabat, mau diputuskan lain ya monggo. Tapi buat saya, Betawi adalah Jakarta, Jakarta adalah Betawi," ujar Sumarsono.

No comments:

Post a Comment