
Calon Presiden Partai Demokrat Bernie Sandes (kiri), Hillary Clinton, dan Martin O'Malley mengheningkan cipta untuk korban serangan Paris sebelum memulai Debat Capres Kedua
Tidak seperti Partai Republik AS yang punya selusin bakal calon presiden (capres), Partai Demokrat hanya punya tiga bakal calon yang bertarung memperebutkan nominasi untuk mencapai Gedung Putih.
Ketiga bakal calon itu adalah mantan Menteri Luar Negeri (Menlu) Hillary Clinton, Senator Vermont Bernie Sanders, dan mantan Gubernur Maryland Martin O’Malley.
Sebenarnya, pada awal musim kampanye, ada dua calon kandidat lain, yaitu mantan Senator Virginia Jim Webb dan mantan Gubernur Rhode Island Lincoln Chafee. Namun, keduanya memilih untuk mengakhiri kampanyenya lebih dini.
Hillary Clinton

Hillary Clinton berbicara di acara politik jamuan makan malam Jefferson-Jackson di Des Moines, Iowa, 24 Oktober 2015
Siapa yang tidak mengenal keluarga Clinton, salah satu dinasti politik paling terkemuka di AS? Bill Clinton, Presiden ke-42 AS, menjabat sebagai presiden selama dua periode dari tahun 1993-2001.
Sang istri, Hillary Clinton, adalah wajah yang sudah mendominasi perpolitikan Amerika selama puluhan tahun.
Sosok Hillary, lulusan sekolah hukum terkemuka Yale, mulai menyita perhatian publik AS ketika dia "diutus" Bill untuk meloloskan Undang-Undang Jaminan Kesehatan tahun 1994 silam.
Sayangnya, UU tersebut tidak mendapat tanggapan positif Kongres dan akhirnya mati begitu saja.
Hillary kemudian menjadi bulan-bulanan karena dinilai telah melewati batas yang ditentukan dalam menjalankan tugasnya sebagai Ibu Negara.
Dia dinilai terlalu agresif secara politik dan menjadi sasaran tembak Partai Republik.
Setelah saga UU Kesehatan itu, Hillary mengambil peran yang lebih tradisional sebagai Ibu Negara.
Namanya kembali mencuat ketika terpilih menjadi senator mewakili negara bagian New York tahun 2001. Hillary pun mulai disebut-sebut akan mencalonkan diri sebagai presiden kelak. Akhirnya, spekulasi pencapresan itu terjawab tahun 2008 ketika politisi berusia 68 ini mendeklarasikan pencapresannya.
Sayangnya, ambisinya untuk kembali ke Gedung Putih diganjal oleh senator muda karismatik dari Illinois bernama Barack Obama. Hubungan kedua orang ini sempat panas karena sengitnya persaingan pemilu.
Tak disangka-sangka, Obama kemudian memercayakan Hillary untuk menjadi menteri luar negeri. Posisi ini diembannya pada periode pertama kepresidenan Obama. Dia menjadi Menlu yang melakukan perjalanan luar negeri terbanyak dalam sejarah dengan mengunjungi 112 negara.
Dia juga memperkenalkan doktrin diplomasi "smart power" untuk memulihkan citra AS yang rusak akibat Perang Irak dan Perang Afganistan.
Sempat membantah akan kembali maju, Hillary akhirnya mendeklarasikan pencapresan keduanya pada April 2015.
Kali ini, dia menjadi favorit kuat untuk mengukir tinta sejarah sebagai presiden perempuan pertama AS.
Namun, Hillary juga dikenal sebagai sosok yang kontroversial dan dikelilingi sejumlah skandal. Berbeda dengan sang suami yang lebih merakyat, Hillary selalu dicitrakan sebagai sosok yang dingin, sangat perhitungan, haus kekuasaan, dan sulit diajak berkomunikasi.
Skandal penyerangan Kedubes AS di Benghazi, Libya, dan skandal e-mail ketika menjabat sebagai Menlu berpotensi menghantui ambisi menjadi presiden.
Selain itu kedekatannya dengan korporasi besar di Wall Street menjadi bahan yang dipakai rivalnya untuk menyerangnya sebagai sosok elitis yang tidak peka terhadap rakyat AS.
Bernie Sanders

Senator berusia 74 ini akan menjadi presiden tertua dalam sejarah AS jika terpilih. Bernie, demikian dia akrab dipanggil, sangat bangga akan ideologi politiknya sebagai seorang independen yang beraliran sosialis.
Senator dari negara bagian Vermont ini bahkan baru bergabung dengan Partai Demokrat pada September 2015.
Tidak banyak yang mendengar, apalagi mengenal sosok Sanders hingga dia secara mengejutkan mengumumkan pencapresannya. Semula, dia dianggap sebelah mata. Kampanye Sanders secara tidak terduga berhasil menarik minat, terutama pemilih muda dan pemilih yang muak akan "kemunafikan" politisi di Washington.
Dengan gaya bicaranya yang blakblakan, Sanders pelan tetapi pasti mengejar Hillary Clinton dalam survei, hal yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Keduanya saat ini bersaing ketat di Kaukus Iowa dan Sanders unggul cukup jauh dari Hillary di New Hampshire.
Kampanyenya juga berhasil menggalang dana dalam jumlah besar, mengalahkan mesin pendanaan Hillary di Iowa.
Politisi kawakan ini gemar menyuarakan topik kesenjangan sosial dan kerakusan korporasi Wall Street sebagai tema utama kampanyenya. Dia merupakan pengecam pedas korporasi besar dan bankir yang menurut dia tidak layak menikmati gaji besar yang mereka terima.
Dia juga menilai politisi kedua partai, baik Demokrat maupun Republik, telah disandera oleh para biliuner Amerika yang banyak berkontribusi untuk kampanye politik.
Sampai saat ini, Sanders tercatat sebagai politisi independen dengan masa jabatan terpanjang baik di DPR maupun Senat. Mantan Wali Kota Burlington ini menjadi anggota DPR dari 1991-2007 dan kemudian Senator dari tahun 2007 hingga saat ini.
Sosialisme tetaplah kata yang cukup tabu di AS dan hal ini menggambarkan jalan terjal Sanders menuju Gedung Putih. Pengagum sistem welfare state Skandinavia ini dinilai menjanjikan banyak hal yang tidak akan mungkin dapat diterapkan di AS, seperti perkuliahan gratis.
Selain itu dukungannya terhadap kepemilikan senjata api tanpa kontrol dinilai akan melukai kampanyenya di mata konstituen Demokrat yang sedang gencar-gencarnya mendorong aturan pengontrolan kepemilikan senjata api.
Pertanyaan lain yang juga muncul adalah apakah pendukung setia Sanders akan memilih atau tidak di pemilu pendahuluan. Mayoritas basis kekuatan Sanders adalah pemilih muda yang umumnya jarang memberikan suaranya, terutama di primary. Mereka bisa saja menunjukkan antusiasmenya ketika masa kampanye, tetapi memilih tidak datang ke bilik suara karena sejumlah alasan.
Martin O’Malley

Capres Demokrat Mantan Gubernur Maryland Martin O’Malley
Banyak yang berlelucon bahwa mantan Gubernur Maryland ini sebenarnya mencalonkan diri sebagai wakil presiden atau anggota kabinet. Lelucon ini muncul karena O’Malley dinilai sama sekali tidak memiliki peluang untuk memenangi nominasi Partai Demokrat.
Politisi 51 tahun ini terseok-seok dalam survei. Posisinya konsisten tertahan di angka 3-5 persen. Dia diperkirakan akan mengakhiri kampanyenya setelah Kaukus Iowa atau primary di New Hampshire.
O'Malley menjabat sebagai Gubernur Maryland selama dua periode, yaitu tahun 2007-2015. Dia dikenal dengan sejumlah kebijakannya yang liberal seperti melegalisasi pernikahan sesama jenis.
O’Malley berpotensi untuk mencoba peruntungannya empat tahun lagi jika kampanye kali ini, yang lebih tepat disebut kampanye memperkenalkan sosok dirinya, gagal.
No comments:
Post a Comment