Wali Kota Bandung Ridwan Kamil saat ditemui di Hotel Grand Royal Panghegar, Jalan Merdeka, Selasa (15/12/2015). Dia meminta agar para pengusaha hiburan di Bandung selalu taat aturan.
BANDUNG, Kicauan Wali Kota Bandung Ridwan Kamil di Twitter soal insiden penolakan wakilnya untuk studi banding oleh Pemkot Surabaya sempat membuat heboh.
Cara pria yang kerap disapa Emil itu dalam menyampaikan protes dinilai kekanak-kanakan. Ia pun dinilai cengeng.
Menanggapi hal itu, Emil menekankan bahwa cara yang dilakukannya sudah benar. Dia berpendapat, setiap pemimpin daerah punya gaya yang berbeda.
"Kalau yang dipermasalahkan caranya, saya kira karena saya menganggap menyampaikan aspirasi itu sama saja mau saya press release, doorstop, wawancara di radio, di TV, di koran, sama saja dalam pandangan saya karena isi tweet atau Facebook itu kutipable," tutur Emil, Jumat (26/2/2016) sore.
Dia mengatakan, seharusnya masyarakat bisa memahami substansi masalah, bukan sekadar menilai cara dia dalam mengungkapkan persoalan.
"Sekarang begini, I speak my mind. Mau pejabat yang bahasanya diatur atau pejabat yang ngomong apa adanya? Masyarakat harus paham juga tiap pemimpin gayanya beda-beda," ucap Emil.
Dia keberatan jika disebut sebagai wali kota yang cengeng. Menurut dia, semua isi kicauannya soal insiden penolakan studi banding tak mencerminkan sikap mengadu atau mencari simpati.
"Cengeng itu gimana, ada enggak kalimat saya yang mewek. Sederhana saya, pilih kalimat yang baik, saya menyesalkan bla-bla-bla," kata dia.
Dia menjelaskan, pada zaman serba modern saat ini, penggunaan media sosial oleh para pejabat sah dilakukan.
"Bagi mereka yang menganggap pejabat jangan nge-tweet untuk hal kayak begini (insiden penolakan studi banding), saya pertanyakan karena itu paradigma lama, karena, zaman sekarang, sumber informasi itu bisa didapat dengan berbagai cara. Mohon lihat substansinya, jangan lihat caranya," ungkap Emil.
Dia melanjutkan, kicauannya di Twitter merupakan bentuk aspirasinya yang juga sering dilakukan oleh masyarakat.
"Pejabat yang meyampaikan informasi itu jangan dipermasalahkan, kenapa orang seolah menganggap kalau pejabat nge-tweet itu dianggap kurang kerja, tidak nge-tweet disebut tidak produktif, kata siapa?" ungkapnya.
Terkait polemik dengan Pemkot Surabaya, Emil mengaku enggan memperpanjang masalah. Menurut dia, persoalan tersebut hanya kesalahpahaman.
"Enggak akan studi banding dulu ke Surabaya, ditahan dulu. Mudah-mudahan jadi hikmah bersama karena saya juga mencintai Surabaya," ungkapnya.
No comments:
Post a Comment