Pak Ridwan Kamil, Jangan Tergoda Ya...


Ridwan Kamil.

Keputusan Wali Kota Bandung Ridwan Kamil ikut atau tidak dalam Pilkada DKI Jakarta 2017 akan segera diumumkan. Pria yang biasa disapa Emil itu berjanji akan mengumumkan keputusannya pada hari ini, Senin (29/2/2016).

Emil mengaku sudah berkonsultasi dengan belasan tokoh nasional mengenai karier politiknya. Dia juga mendiskusikannya dengan keluarga.

Pada hari Jumat lalu, Emil bertemu dengan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo di Balai Kota Jakarta. Emil tak menampik bahwa mereka memang membahas politik dalam pertemuan itu.

"Jadi inti ketemu Pak Ahok adalah kulo nuwun (minta izin) belajar program dan Pak Ahok juga tertarik belajar ke Bandung tentang berusaha tapi tidak perlu izin. Sisanya ngomongin politik memang," kata Emil sambil tertawa.

Keesokan harinya, Sabtu (27/2/2016), pejabat yang terkenal aktif di media sosial ini melontarkan pertanyaan "Perlukah saya maju pilgub DKI 2017?" di akun Facebook dan Instagram miliknya.

Postingan Emil menuai ribuan komentar. Hingga pagi ini, di akun Instagram-nya saja ada sekitar 29.900 komentar. Di akun Facebook yang terverifikasi miliknya, dalam tiga jam saja, sudah ada 15.000 orang yang memberi komentar.

Suara rakyat

Sebagian besar netizen menjawab "tidak perlu", baik yang berasal dari Bandung maupun dari luar Kota Kembang itu. Mereka berharap, Emil tetap memimpin Bandung.

"Jangan pak. Jangan tergoda sama DKI 1" kata pemilik akun Instagram @haifahardianti.

"Jangan kang, bandung msh butuh akang. Biar bnr2 keliatan perubahan di bandung. plisss sampe 2 periode kang. Beresin bandung kang. Jgn setengah kerjanya." timpal pemilik akun @itsme_soleil.

Tak hanya para netizen, warga Bandung yang ditemui di berbagai tempat di Bandung juga menyatakan harapan yang sama.

Rifandi (26), warga lainnya, menambahkan, sebagai warga Bandung, dia secara tegas menolak Emil ke Jakarta. Menurut dia, warga Bandung masih belum merasakan janji kampanye Emil.

"Kalau jabatannya sudah selesai mah enggak apa-apa. Mending kalau penggantinya bisa selaras. Wali kota yang lain belum ada yang kerasa programnya, baru Pak Emil yang terlihat kerjanya, walaupun masih berupa taman-taman," tuturnya.

Sementara itu, Cecep Muntana (58), warga Kecamatan Batununggal, menilai, Ridwan Kamil tak cocok memimpin Jakarta. Dia berpendapat, masyarakat Kota Jakarta lebih bersifat heterogen dan butuh pemimpin tegas seperti Ahok.

"Saya rasa Kang Emil enggak cocok di Jakarta. Kalau Bandung atau Jabar mungkin bisa karena dia tahu seluk-beluknya. Kalau Jakarta kan banyak suku, semua di situ. Kalau diadu sama Pak Ahok masih menang Pak Ahok. Dia keras, Jakarta butuh orang kayak Pak Ahok," paparnya.

Hendra Wijaya (32), warga lainnya, juga berharap wali kota kesayangannya itu tetap tinggal di Bandung menyelesaikan tugasnya.

“Kalau perlu Kang Emil (sapaan Ridwan Kamil) menjabat 10 tahun,” ucap Hendra di Bandung.

Hendra mengatakan, Bandung mengalami perubahan ke arah positif sejak dipegang Emil. Namun perubahan terbesar baru di dalam kota. Di pinggiran, seperti di kawasan rumahnya di Cibiru belum tersentuh.

Belum meratanya penataan Bandung, sambung Hendra, kemungkinan karena masa kepemimpinan Emil baru beberapa tahun. Sehingga sangat disayangkan jika perubahan yang baik ini ditinggal begitu saja.

“Kami cinta Bandung. Kami cinta Kang Emil. Pokoknya, kami ga ikhlas Kang Emil ke Jakarta. Sudah di Bandung saja. Bersama-sama bangun Bandung dulu bareng warga,” ucapnya.

Masifnya penolakan dari warga ini sesuai dengan pengakuan Emil yang menyebutkan bahwa dari survei internal yang dilakukannya dengan meminta pendapat masyarakat Kota Bandung soal kemungkinan maju dalam Pilkada DKI Jakarta 2017, 90 persen warga Bandung tidak setuju.

Etika politik

Pemerhati Politik dari Univeritas Katolik Parahyangan Asep Warlan mengatakan, kemungkinan majunya Emil ke Pilkada DKI Jakarta tidak salah secara hukum. Bahkan hal itu pun dilakukan Joko Widodo dan Alex Nurdin.

“Seseorang punya pilihan politik. Mau jadi legislatif, kepala daerah, atau lainnya, hukum tidak mencegahnya,” ujar Asep saat dihubungi Kompas.com, Jumat (26/2/2016).

Menurut dia, warga hanya akan mempertanyakan komitmen dan etika politik Emil.

Menurut dia, ketika Emil memutuskan maju, akan muncul anggapan bahwa Emil lari dari tanggung jawab karena meninggalkan kewajibannya.

Walaupun sebenarnya, lanjut Asep, janji-janji politik bisa dilanjutkan oleh wakil wali kota sebagai bagian dari paket kepemimpinan.

“Masyarakat harus memahami konteks politiknya. Walaupun memang akan ada yang menanyakan komitmen (Emil) untuk mewujudkan Bandung Juara. Lebih ke moral politik,” ucapnya.

Namun, jika ditanya pendapatnya sebagai masyarakat Bandung, Asep meminta Emil tidak tergoda dengan kemilau konstelasi politik di DKI Jakarta.

Asep berharap, Emil bisa menyelesaikan komitmennya di Kota Bandung.

Pasalnya, hingga sekarang, masih banyak pekerjaan rumah di Bandung, mulai dari macet, banjir, sampah, ruang terbuka hijau (RTH) 20 persen, hingga persoalan PKL, yang belum tertangani.

“Jangan tinggalkan (Bandung) demi karier politiknya,” tutupnya.

No comments:

Post a Comment