Para waria di Kabupaten Lebong dalam sebuah acara
BENGKULU, Jam menunjukkan pukul 16.30 WIB. Syahrial (50), duduk di depan salonnya di Desa Turan lalang, Kabupaten Lebong, Provinsi Bengkulu. Wajahnya terlihat putih bersih, juga halus.
Syahrial adalah seorang guru SD di daerah itu, ia bahkan pernah menjadi seorang kepala sekolah yang berhasil memajukan sekolahnya.
Saat ini, dia tak lagi menjabat kepala sekolah, dan hanya menjadi guru biasa di Desa Turan Lalang.
Selain bekerja sebagai tenaga pengajar, ia juga mengaku sebagai salah seorang waria di daerah itu.
Ia memiliki pekerjaan tambahan yakni usaha salon yang mempekerjakan beberapa waria. Meski waria Syahrial memiliki keluarga, yakni isteri yang sudah meninggal dunia dan seorang anak yang saat ini telah berkeluarga.
Saat dikunjungi Kompas.com ke rumahnya, pria berkulit putih ini mengaku dia adalah seorang waria dengan segala macam kemampuan. Meski demikian, ia menyukai kegiatan seperti menyapu, memasak, mencuci pakaian, hingga merias.
Baginya menjadi waria hanya semacam ungkapan diri saja, tak lebih. Ia mengaku sama dengan manusia normal lainnya.
"Meski saya waria, saya tidak berpenampilan seperti perempuan, hanya gerak tubuh saja," kata dia.
Syahrial di sekolah dikenal sebagai guru yang disiplin, penyayang, namun tegas di mata para rekan kerja dan muridnya.
Kepala Desa Talang Bunut, Kabupaten Lebong, Meron, mengatakan di desanya banyak waria dengan beragam pekerjaan, mulai dari perias, petani.
"Secara umum di Kabupaten Lebong, waria sudah bersatu dengan masyarakat, mereka beragam pekerjaan, ada mantan anggota DPRD, guru agama, guru biasa, PNS, kerja salon, atau petani," ungkap dia.
Sejauh ini, para waria di daerahnya tak sampai membuat kegaduhan di masyarakat. Para waria kata Syahrial, bekerja sangat rajin, apalagi dalam bidang gotong royong dan olahraga volley.
Pemuda Kabupaten Lebong, Rino Adawat, menceritakan kisah para waria di Kabupaten Lebong cukup komplit namun mengkhawatirkan.
"Waria di Lebong, cukup banyak, di satu sisi mereka hidup berdampingan dan tidak disingkirkan, mereka banyak membantu masyarakat, namun penyimpangan seksual juga mengkhawatirkan," ungkap dia.
Adan
Penyimpangan seksual tersebut dapat ditemui dalam keseharian waria yang kerap memilih pelajar berumur di bawah 17 tahun sebagai adan.
Adan dalam bahasa waria di Kabupaten Lebong adalah pacar. "Waria menjadikan anak sekolah SMP dan SMA sebagai pacar, waria sanggup memenuhi kebutuhan ekonomi para adannya itu, selagi si adan mau mengikuti keinginan waria termasuk berhubungan intim," kisah Rino, warga setempat.
Rino juga menyeritakan pengalamannya, ada waria yang merantau ke kota besar pulang ke kampung halaman dan meninggal dunia akibat terserang HIV/AIDS.
Ia lantas berharap pemerintah daerah dapat menyiapkan kebijakan yang tetap melindungi waria dari sisi Hak Asasi Manusia (HAM), namun juga melindungi generasi muda di daerah itu.
Sementara itu Bupati Lebong terpilih, Rosjonsyah menyatakan di daerahnya setidaknya terdapat 800 waria yang tersebar baik di Lebong, maupun di daerah luar Lebong.
"Waria di sini tersebar hingga ke luar negeri, pada prinsipnya mereka tidak menyebabkan keresahan di masyarakat, namun memang dibutuhkan kebijakan yang mengatur waria yang tidak bertentangan dengan HAM," kata Rosjonsyah.
Dia mengaku sedang melakukan konsultasi dengan beberapa kementerian guna menyikapi penanganan dan perhatian terhadap waria.
"Memang dibutuhkan pendekatan yang khusus terhadap waria ini, saya sedang berkonsultasi dengan kementerian sosial, guna menyikapi penanganan waria di kabupaten ini, memang agak sulit, tapi saya yakin ada jalannya," kata Rosjonsyah.
No comments:
Post a Comment