Mirna Tunjukkan Sikap Tidak Nyaman dengan Jessica lewat Gerakan
Terdakwa kasus pembunuhan Wayan Mirna Salihin, Jessica Kumala Wongso, nampak lelah saat mengikuti sidang ke -14 di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Kamis (25/8/2016) malam. Pada sidang-sidang sebelumnya, Jessica jarang terlihat berpangku tangan dan melihat ke bawah.
JAKARTA, Kriminolog Universitas Indonesia, Profesor Ronny R Nitibaskara mengungkapkan sikap tak nyaman Wayan Mirna Salihin dengan Jessica Kumala Wongso lewat gerakan. Gerakan itu saat keduanya pertama kali bertemu di Kafe Olivier, Grand Indonesia, Rabu (1/6/2016). "Perilaku non verbal memberi jarak artinya tidak nyaman," kata Ronny dalam kesaksian di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Kamis (1/9/2016).
Setiap orang, kata Ronny, biasanya cenderung dekat dengan orang lain karena nyaman. Sementara bila memberikan jarak, menandakan adanya penolakan. Saat Mirna dan Jessica bertemu, keduanya, kata Ronny ada jarak.
Saat itu Mirna memeluk Jessica dengan satu tangan. Sementara Hanie alias Boon Juwita berlari kecil dan memeluk Jessica dengan erat. Ronny menjelaskan, dalam otak terdiri dari beberapa macam.
Otak neokorteks, kata Ronny, biasanya menyuruh seseorang untuk berbohong lewat kata-kata. Sementara itu, otak limbik biasanya lebih pada kejujuran. Otak limbik ini biasanya menghasilkan gerakan tubuh.
Dalam analisisnya, gerakan Mirna pada Jessica berasal dari otak limbik dan tak bisa berbohong bahwa tidak dalam kondisi nyaman.
"Gerakan tertentu itu menjadi kunci orang itu berbohong atau tidak," tegas Ronny.
Mirna meninggal setelah meminum es kopi vietnam yang dipesan oleh Jessica Kumala Wongso di Kafe Olivier, Grand Indonesia, Rabu (6/1/2016). Jessica menjadi terdakwa kasus tersebut. JPU memberikan dakwaan tunggal terhadap Jessica yakni Pasal 340 KUHP tentang Pembunuhan Berencana.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment