Risma-Whisnu menunjukkan laporan harta kekayaan.
SURABAYA, Warga Surabaya mengaku kurang puas dengan topik debat pasangan calon wali kota dan wakil wali kota Surabaya, Jumat (27/11/2015) malam.
Meski penyelenggara membatasi tema debat terkait Pembangunan dan
Penyelesaian Persoalan Daerah, namun kedua pasangan terlena pada
persoalan sentimen antara pemerintah kota Surabaya dengan Pemprov Jawa
Timur.
Suhamsah, warga Kelurahan Babat Jerawat, Kecamatan Pakal, semula mengaku antusias menyaksikan debat publik yang disiarkan langsung oleh televisi lokal tersebut, karena dia ingin mendengar solusi tentang banjir yang selalu melanda daerahnya setiap tahun.
"Tadi yang diperdebatkan malah administrasi pemerintahan dan sentimen Pemkot dan Pemprov, itu tidak penting bagi kami," katanya.
Hal senada disampaikan Eko Rudianto, warga Siwalankerto Tengah. Dia mengaku sangat menunggu pasangan calon membeberkan solusi tentang kemacetan di Surabaya.
"Tadi kan temanya tentang permasalahan kota, kok jadi membahas pemkot dan pemprov, saya tidak mengerti soal itu," terangnya.
Pantauan Kompas.com, di sesi saling bertanya antar pasangan itu, kedua pasangan memang terjebak pada perdebatan administrasi daerah dan hubungan antara pemkot Surabaya dan pemprov Jatim.
Rasiyo menuding Pemkot Surabaya saat dipimpin Risma, tidak memiliki komunikasi yang baik dengan Pemprov selaku kepanjangan tangan pemerintah pusat di daerah, serta terkesan berjalan sendiri.
"Otonomi daerah yang kebablasan, diundang rapat saja jarang datang, padahal kita ini kan NKRI, harusnya serasi dalam pembangunan," kata Rasiyo.
Sebaliknya, pasangan Risma, Whisnu Sakti Buana, menuding Rasiyo saat menjabat Sekdaprov Jatim, tidak pernah memperhatikan kepentingan pembangunan Surabaya.
"Pembangunan frontage road dan jembatan MERR, itu murni APBD Surabaya dibantu pemerintah pusat," kata Whisnu.
Suhamsah, warga Kelurahan Babat Jerawat, Kecamatan Pakal, semula mengaku antusias menyaksikan debat publik yang disiarkan langsung oleh televisi lokal tersebut, karena dia ingin mendengar solusi tentang banjir yang selalu melanda daerahnya setiap tahun.
"Tadi yang diperdebatkan malah administrasi pemerintahan dan sentimen Pemkot dan Pemprov, itu tidak penting bagi kami," katanya.
Hal senada disampaikan Eko Rudianto, warga Siwalankerto Tengah. Dia mengaku sangat menunggu pasangan calon membeberkan solusi tentang kemacetan di Surabaya.
"Tadi kan temanya tentang permasalahan kota, kok jadi membahas pemkot dan pemprov, saya tidak mengerti soal itu," terangnya.
Pantauan Kompas.com, di sesi saling bertanya antar pasangan itu, kedua pasangan memang terjebak pada perdebatan administrasi daerah dan hubungan antara pemkot Surabaya dan pemprov Jatim.
Rasiyo menuding Pemkot Surabaya saat dipimpin Risma, tidak memiliki komunikasi yang baik dengan Pemprov selaku kepanjangan tangan pemerintah pusat di daerah, serta terkesan berjalan sendiri.
"Otonomi daerah yang kebablasan, diundang rapat saja jarang datang, padahal kita ini kan NKRI, harusnya serasi dalam pembangunan," kata Rasiyo.
Sebaliknya, pasangan Risma, Whisnu Sakti Buana, menuding Rasiyo saat menjabat Sekdaprov Jatim, tidak pernah memperhatikan kepentingan pembangunan Surabaya.
"Pembangunan frontage road dan jembatan MERR, itu murni APBD Surabaya dibantu pemerintah pusat," kata Whisnu.
No comments:
Post a Comment