Faris dan Ayu, dua korban amuk massa parpol di Jalan Damai, Sleman. Dua mahasiswa ini sempat dirawat di Jogja International Hospital (JIH) karena mengalami luka-luka setelah dianiaya massa. Mobil yang dikendarai keduanya mengalami kerusakan parah
SLEMAN, Kepolisian Resor Sleman, DI Yogyakarta masih mengusut kasus perusakan mobil Toyota Yaris warna merah oleh massa kampanye. Dua pengendara mobil kakak beradik menjadi korban dan sempat dirawat di rumah sakit.
Kapolres Sleman AKBP Faried Zulkarnaen menyatakan, pihaknya telah meminta keterangan korban dan seorang saksi yang berada di lokasi insiden.
Polisi juga sudah memeriksa foto dan rekaman video warga di lokasi kejadian dan sudah berhasil mengidentifikasi ormas yang melakukan penyerangan.
"Saat ini kami masih menyelidiki untuk mendapatkan nama-nama pelaku," ujarnya beberapa hari lalu.
Sementara itu, Kasat Reserse Kriminal Polres Sleman AKP Sepuh Siregar menambahkan, bukti-bukti terus dikumpulkan terkait siapa pelaku perusakan saat jadwal kampanye Pemilukada Sleman itu.
Dua versi penyebab insiden
Massa kampanye pasangan calon kepala daerah Sleman Sri Purnomo-Sri Muslimatun melakukan aksi perusakan terhadap satu unit mobil Toyota Yaris warna merah itu, di Jalan Damai, Ngaglik, Sleman pada Minggu (22/11/2015).
Dalam video yang beredar di internet, massa berkali-kali memukul ke bagian mobil hingga mobil mengalami kerusakan parah, terutama bagian kaca yang hancur berantakan.
Akibat insiden tersebut, pengemudi mobil bernomor polisi F 1211 DA ini juga harus dilarikan ke rumah sakit Jogja International Hospital.
Menurut kesaksian sejumlah warga di lokasi kejadian, saat itu mobil berwarna merah tersebut datang dari arah yang berlawanan dengan konvoi massa sebelum insiden terjadi.
Lewat situs Santunsleman.com, tim sukses pasangan calon kepala daerah Sleman Sri Purnomo-Sri Muslimatun yang disokong PAN, PPP, Golkar, NasDem, Demokrat, dan PKB, menyebutkan kronologi kejadian versi mereka.
Berikut kronologi versi massa perusak:
1. Pengendara mobil Yaris merah mempercepat laju kendaraan saat berpapasan dengan massa berjumlah ratusan yang memadati Jalan Damai.
2. Pertama mobil yaris belok ditikungan dengan cepat kemudian salah satu anggota simpatisan mengingatkan untuk berhati-hati.
3. Tetapi bukan berhati-hati malah mengacungkan kepalan tangan ke arah simpatisan.
4. Di saat mengepalkan tangan kaca sepion mobil menyerempet arak-arakan simpatisan.
5. Tidak lama kemudian mobil kehilangan kendali dan menabrak salah satu motor simpatisan.
Sehari sesudah kejadian, tim Santun pun menjenguk korban di rumah sakit. Tim dipimpin Ketua dan Sekretaris Tim Santun, Sadar Narimo & Ali Shahdan. Mereka menyampaikan itikad baik dan tanggung jawab moral atas insiden itu.
Pada kesempatan tersebut dilakukan pula mediasi guna membahas langkah ke depan terkait kasus perusakan. Kedua belah pihak sama-sama berharap kejadian ini nantinya akan diselesaikan secara damai dan kekeluargaan.
"Kami beritikad baik untuk meminta maaf sebesar-besarnya kepada pihak keluarga korban, siang ini akan ada keputusan antara pihak keluarga korban dan tim santun untuk segera menyelesaikan permasalahan ini," ungkap Ali Syahdan.
Namun, klarifikasi tersebut tidak sepenuhnya dibenarkan Kepolisian. Kapolda DIY, Brigjen Pol Erwin Triwanto menyatakan versi informasi bahwa korban mengendari mobil Yaris merah dalam kecepatan tinggi di Jalan Damai tidak masuk akal.
"Kalau melihat fakta di lapangan, pelek sepeda motor itu bengkok setelah ditabrak. Untuk mendapatkan hasil itu, harusnya mobil melaju dengan kecepatan tinggi," kata Erwin.
"Tapi di Jalan Damai tidak memungkinkan untuk memacu dengan kecepatan tinggi karena jalannya ramai," lanjut Kapolda. "Jadi argumentasi itu tidak masuk akal." tambahnya.
Ibu korban, Afridah Hendrawati juga tidak percaya jika anaknya dianggap sebagai orang yang memicu keributan dan berjung pengeroyokan tersebut.
"Anak saya bukan seperti itu," kata Afridah. "Dia memang pernah ikut karate. Bahkan saat karate dulu dia tidak akan menyerang duluan kalau tidak ada perlawanan dari rekan tandingnya," ujar Afridah.
Meminta dukungan rektor UGM
Orang tua korban pengeroyokan itu meminta dukungan Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Ir Dwikorita Karnawati, MSc PhD, Kamis (26/11/2015) lalu agar kasus anaknya diusut tuntas.
Mereka meminta UGM mengawal kasus yang menimpa anak mereka yang masih tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran UGM.
Setya Winarno dan Afridah Hendrawati selaku orang tua Fariz, sengaja datang ke Kebun Pendidikan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (KP4) UGM di Kalitirto, Berbah, Sleman, saat Rektor UGM, melakukan peletakan batu pertama Rumah Potong Ayam Modern.
"Sebenarnya kedatangan kami di sana tidak diundang. Saya mendapatkan informasi dari kakak tingkat yang menangani acara tersebut jika Ibu Rektor akan datang. Maka saya pikir, saya coba menemui beliau dan curhat tentang keadaan anak saya," terang Setya Winarno.
Walaupun tidak diundang, kedatangan Setya dan istri disambut baik Rektor UGM. Bahkan ia telah menjanjikan memberikan bantuan hukum kepada Fariz.
"Beliau bilang prihatin dan marah atas tindakan anarkis kemarin. Pilkada harusnya berjalan dengan baik dan aman, bukan justru membuat simpatisan melakukan penyerangan," jelas pria alumnus Fakultas Peternakan UGM tersebut.
Setya mengaku hanya bisa berbincang sebentar dengan Dwikorita karena tidak memungkinkan untuk membahas masalah tersebut lebih jauh. Namun, bapak tiga anak tersebut berharap banyak.
Dengan pengaruh yang dimiliki orang nomor satu di UGM tersebut, diharapkan bisa membuat parpol dan simpatisan menjaga Pemilukada menjadi aman dan damai.
No comments:
Post a Comment