Kepala Dinas Kebersihan DKI Jakarta Isnawa Adji (kiri) dalam peluncuran Sistem Informasii Bank Sampah (Sibas) di kantor Dinas Kebersihan DKI di Cililitan, Jakarta Timur. Jumat (27/11/2015)
JAKARTA, Dinas Kebersihan DKI Jakarta meluncurkan sistem informasi bank sampah (Sibas), Jumat (27/11/2015).
Sistem ini akan mengganti penggunaan buku tabungan sebagai alat pencatatan dengan kartu pintar terkait kegiatan bank sampah.
Kepala Dinas Kebersihan DKI Jakarta Isnawa Adji mengatakan, Sibas ini nantinya akan mempermudah nasabah sekaligus mengoptimalkan peran bank sampah. Para nasabah bank sampah nantinya akan diberi kartu pintar.
"Kami ingin mengoptimalkan peran bank sampah di DKI Jakarta. Selama ini cara konvensional (menggunakan buku tabungan). Jadi nanti setiap nasabah bank sampah di DKI Jakarta akan memiliki smart card (kartu pintar)," kata Isnawa, di kantor Dinas Kebersihan DKI, di Cililitan, Jakarta Timur, Jumat pagi.
Dengan mengandalkan kartu pintar ini, lanjut Isnawa, nasabah dapat mengakses segala keperluannya terkait bank sampah.
Misalnya, untuk mengecek saldo tabungan atau mengetahui berapa banyak sampah yang sudah dikumpulkan.
Kartu pintar ini nantinya akan terkoneksi dengan Bank DKI. "Nanti di dalam smart card itu juga tertera berapa rupiah yang diperoleh dari hasil penimbangan sampah tersebut," ujar Isnawa.
Ia pun berharap, Sibas dapat diterapkan di setiap RT atau RW, sekolah, sampai dengan perkantoran di Jakarta.
Sistem ini diharapkannya mampu menarik masyarakat untuk lebih memanfaatkan sampah di lingkungannya sehingga bernilai ekonomi.
Dengan demikian, Isnawa mencontohkan, anak-anak sekolah yang memegang kartu pintar ini dapat membeli peralatan sekolah dari hasil menukarkan sampah di bank sampah.
"Artinya warga Jakarta bisa nambah income tambahan walaupun cuma sedikit, dan di sisi lain dapat kurangi sampah di lingkungannya. Jadi bisa habis langsung sumbernya," ujar Isnawa.
Sampah-sampah yang dikumpulkan warga ini nantinya akan dikelola bank sampah. Misalnya saja sampah organik yang dapat dipilah untuk kemudian diolah menjadi kompos.
Sementara itu, sampah non-organik seperti plastik, dapat dikelolah menjadi barang-barang daur ulang.
Diharapkan mengurangi volume sampah
Menurut Isnawa, pengelolaan sampah di daerah sumbernya seperti ini dapat mengurangi ketergantugan warga membuang sampah ke tempat pembuangan akhir (TPA) seperti Bantargebang.
Dengan demikian, volume sampah bisa dikurangi sebelum dikirim ke tempat pembuangan sampah.
"Nanti tidak perlu lagi mungkin 800-900 truk kita berangkat ke TPST Bantar Gebang. Mungkin dari 6500-6700 ton per hari dengan bermunculan bank sampah di Jakarta akan terlihat secara signifikan berapa pengurangan volume sampah yang dibuang ke TPST Bantar Gebang," ujar Isnawa.
Ia juga menyampaikan bahwa saat ini Pemprov DKI Jakarta memiliki 234 bank sampah yang tersebar di sejumlah titik.
Dari jumlah itu, baru 10 yang sudah diterhubung dengan Sibas. Rencananya, akhir tahun ini, Pemprov DKI akan menambah 200 bank sampah.
Warga yang hendak bergabung menjadi nasabah bank sampah cukup menghubungi kantor Dinas Kebersihan DKI.
"Nanti bisa hubungi Dinas Kebersihan, nanti akan kita buatkan smart card-nya yang tersambung online ke database Dinas Kebersihan," kata Isnawa.
No comments:
Post a Comment