Wali Kota Pontianak Dorong Birokrat Perempuan Maju dalam Pilkada


Wali Kota Pontianak Sutarmidji

PONTIANAK,  Meski pemilihan kepala daerah Kota Pontianak masih dua tahun lagi, sejumlah nama bakal kandidat wali kota sudah mulai bermunculan di Ibu Kota Kalimantan Barat itu.
Wali Kota Pontianak Sutarmidji menyambut baik adanya banyak calon kepala daerah itu. Namun, ia menyayangkan tidak ada calon perempuan dari nama-nama yang beredar itu.
"Saya berharap dan mendorong kaum perempuan dan tokoh-tokoh perempuan di Kota Pontianak bisa tampil dalam pemilihan wali kota mendatang, jangan hanya menjadi penonton," kata Sutarmidji, Senin (28/3/2016).
Ia juga mendorong kalangan birokrat pemerintah Kota Pontianak untuk ikut mencalonkan diri sebagai kepala daerah setempat.
Menurut Sutarmidji, kemampuan perempuan di kancah politik tidak kalah dari kaum pria. Sejumlah birokrat kini memimpin satuan kerja perangkat daerah (SKPD) di Pemkot Pontianak.
Zumiyati, misalnya, kini menjabat sebagai Inspektur Kota Pontianak. Ia juga pernah menduduki jabatan camat, Kepala Dinas Pendapatan Daerah, Kepala Badan Kepegawaian Daerah, dan Asisten Bupati.
Nama lainnya adalah Syarifah Adriana. Ia pernah menjadi Kepala Dinas Perhubungan dan kini menjabat sebagai Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Pontianak.
Kepala Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informasi Utin Sri Lena juga termasuk salah satu perempuan pemimpin. Utin sukses meniti karier sejak menjadi Lurah Darat Sekip, Camat Pontianak Selatan, Kasatpol PP, Kadis Kebersihan dan Pertamanan, serta Kadis Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah.
"Ketiga kepala SKPD itu sudah teruji kepemimpinannya dan mereka juga tegas dalam melaksanakan tugas," kata Sutarmidji.
Ia juga menyebut beberapa pejabat pria yang pantas memimpin pemerintah kota tersebut. Salah satunya adalah Kepala Dinas Pekerjaan Umum Ismail, yang dinilai berhasil menata ruas-ruas jalan.
Ada pula Mochamad Akip, yang akan mengakhiri masa jabatannya tahun ini dan berpeluang maju sebagai calon kepala daerah dengan dukungan partai partai politik.

Menurut Sutarmidji, waktu dua tahun ke depan bukan waktu yang lama untuk melakukan sosialisasi diri bagi para calon kepala daerah.
"Bayangkan, Ahok (Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama) saja sudah sosialisasi sejak satu tahun yang lalu. Dua tahun bagi calon yang belum pernah berkecimpung di dunia politik, sosialisasi itu penting supaya elektabilitasnya bisa betul-betul mumpuni," kata Sutarmidji.
Kendati banyak birokrat yang dinilai mumpuni untuk maju dalam pemilihan wali kota, ia berharap dalam pesta demokrasi itu berlangsung secara fair. Hal itu akan menjadi pendidikan dan pelajaran politik bagi masyarakat Kota Pontianak.
Siapa pun yang terpilih tidak boleh menyingkirkan birokrat-birokrat berkinerja baik yang menjadi pesaing dalam pilkada.
Selain para pejabat itu, Sutarmidji juga menyebut sejumlah kepala pemerintahan, termasuk para camat, yang dianggap mumpuni untuk tampil dalam kancah Pemilihan Wali Kota Pontianak 2018.
Ia menyebut nama Camat Pontianak Tenggara Titin Subekti, Camat Pontianak Selatan Atalia Omri, serta Pelaksana Tugas Camat Pontianak Barat Sefri Kurniadi yang masih berusia muda.
Sutarmidji tidak mempermasalahkan jika mereka bersaing dengan pejabat yang lebih tinggi, termasuk Wakil Wali Kota Edi Kamtono yang disebut-sebut akan mencalonkan diri sebagai wali kota.
"Saya berharap mereka berani tampil dan berani menyatakan diri siap maju sehingga partai juga sudah mulai melirik dia. Kalau misalnya partai tidak memiliki kader yang dianggap mampu bersaing, lebih baik dukung yang potensi untuk menang," katanya.
Menurut dia, kinerja para birokrat itu tidak kalah hebat dari tokoh politik setempat. Meski demikian, ia menyerahkan sepenuhnya kepada masyarakat untuk menentukan pilihan masing-masing sesuai hati nurani.
Sutarmidji berharap, tokoh-tokoh yang sudah ambil ancang-ancang untuk pilkada sudah mulai menyampaikan visi dan misinya, baik melalui media sosial, cetak, atau elektronik supaya masyarakat punya pilihan.
"Saya berharap masyarakat ke depan memilih pemimpin itu lihat dari visi dan misinya. Dari visi dan misinya bisa kita lihat mau dibawa kemana Pontianak ini," kata dia.

Ia yakin bahwa dalam pilkada mendatang, tidak akan ada calon tunggal sebagaimana yang selama ini terjadi di daerah-daerah lain.
Untuk itu, ia meminta para calon-calon itu nantinya bersaing secara sehat untuk menjadi pemimpin Kota Pontianak dan bisa membuat Pontianak semakin maju.
"Itu yang saya harapkan dari para calon. Bersaing bukan berarti dalam hal adu kekuatan, tetapi gunakan program saja.Dari sekarang harus sudah berani, jangan takut-takut," kata dia.
Wali Kota Pontianak selama dua periode itu memprediksi, dari partai politik kemungkinan empat pasang calon, sedangkan calon independen ada dua pasang. Dengan demikian, ia memperkirakan ada enam hingga tujuh pasang calon wali kota dan wakil wali kota.
"Bahkan kalau ada 12 pasang calon itu lebih baik. Jadi bisa mengakomodasi semua elemen,” katanya.
Ia mengingatkan kepada para bakal calon supaya mengukur elektabilitas masing-masing sebelum memutuskan untuk maju.
Kuncinya, lanjut Midji, dengan mengukur berapa persen tingkat pengenalan masyarakat terhadap yang bersangkutan dan berapa persen tingkat rasa suka masyarakat kepada bersangkutan.
Dengan tolok ukur tersebut, baru bisa diprediksi berapa persen peluang untuk dipilih masyarakat.
"Jangan saking semangatnya ingin maju tanpa memandang elektabilitas yang bersangkutan. Kalau pengenalan masyarakat tidak dipertimbangkan, rasa suka masyarakat kepadanya tidak dipertimbangkan, maka bisa dibilang itu 'masuk ke parit'," jelasnya.

No comments:

Post a Comment