Ketua MPR: Bawang Merah Dijual Murah oleh Petani, Masuk Pasar Jadi Mahal

Ketua MPR RI Zulkifli Hasan menerima kunjungan petani bawang merah di ruang kerjanya, di lantai 9 Gedung Nusantara III, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta. Beberapa persoalan dan keluhan para petani bawang merah didengarkan pada audiensi ini.
Selama ini, yang sering menjadi keluhan para petani bawang adalah harga produksi yang diterima tidak berbanding lurus dengan harga bawang yang sudah diterima konsumen. 
Rendahnya harga bawang yang diterima oleh para petani tidak berbanding lurus dengan harga jual yang ada di pasaran. 
"Saya concern dengan persoalan petani-petani bawang, atau bahan-bahan pokok seperti ini. Kehadiran pemerintah benar-benar dibutuhkan untuk mengatasi persoalan ini."
"Sekarang begini, harga bawang yang diterima petani setelah panen Rp 8.000, begitu sampai ke konsumen bisa menjadi Rp 40.000," ujar Ketua MPR RI Zulkifli Hasan.
Menurut Zulkifli, kehadiran pemerintah diperlukan untuk menjembatani petani dan pengusaha petani bawang dengan konsumen. Dengan demikian, baik petani maupun konsumen bisa mendapat harga bawang yang bagus.
Menurut salah satu perwakilan petani bawang merah, Umar Jahidin, Indonesia adalah negara konsumen terbesar untuk bawang merah. Karena dasar itulah, ia mengharapkan kehadiran pemerintah lebih fokus dalam mengatasi hal ini.
"Kami mengapresiasi kebijakan pemerintah yang menghentikan impor bawang merah. Namun, para petani bawang merah belum menikmati hasilnya dikarenakan harga bawang yang belum membaik," ujar Jahidin yang datang mewakili para petani bawang merah dari Brebes, Majalengka, dan Nganjuk ini.
Maka dari itu, Ketua MPR RI Zulkifli Hasan mendorong pemerintah untuk turun langsung menyelesaikan persoalan para petani ini agar kesejahteraan petani terjaga, dan hasil produksi para petani itu bisa sesuai dengan jerih payahnya, serta masyarakat yang menjadi konsumen bisa menikmati harga yang bagus dan sesuai.
"Petani itu pergi kerja gelap (pagi buta), pulang gelap (malam), badan gelap, masa rezekinya juga gelap. Begitu panen, produksi petani dihargai murah. Tidak cuma bawang, hasil tani yang lain, seperti jagung, juga harganya jelek," kata Zulkifli.
"Ketika masuk pasar untuk konsumen, harganya jadi mahal. Ini hal yang harus segera diselesaikan oleh pemerintah," lanjutnya.
Berkaitan dengan hal tersebut, Zulkifli Hasan juga mengingatkan bahwa tata niaga pangan seperti ini harus diperbaiki. Persoalan-persoalan yang dianggap merugikan harus ditinjau ulang.
"Intinya, kita harus kerja benar, jangan akal-akalan, nanti pada akhirnya kita jadi menipu diri sendiri. Kita tidak akan bisa swasembada kalau seperti itu terus," tutup Zulkifli.

Isu kesenjangan sosial dan pembinaan masyarakat

Pada kesempatan yang sama, Ketua MPR RI Zulkifli Hasan juga menerima kunjungan dari Majelis KAHMI (2/2/2016). Sekjen KAHMI Subandryo datang langsung menemui Zulkifli Hasan untuk memberikan undangan acara ulang tahun ke-50 KAHMI pada 17 September 2016 nanti.
Bersamaan dengan itu, Zulkifli Hasan juga mendorong agar KAHMI sebagai LSM terus mengangkat isu-isu sosial, terutama pada hal kesenjangan sosial yang masih terjadi di seantero negeri.
"Saya sudah sering keliling daerah, dan masih banyak sekali kesenjangan sosial yang terjadi. Keadilan harus ditegakkan," ujar Zulkifli.
Selain isu kesenjangan sosial, Zulkifli juga mendorong pembinaan agar masyarakat bisa lebih cerdas dalam membedakan hal yang benar dan yang tidak, terutama tentang aliran-aliran sesat, seperti Gafatar, yang belum lama ini sempat menjadi topik yang heboh di masyarakat. Hal tersebut ia sampaikan pada saat menerima audiensi Yayasan Jam’iyyatul Hidayah, Selasa (2/2/2016).
"Kami memang harus mencegah aliran-aliran yang tidak benar masuk ke dalam masyarakat," kata Zulkifli.
Menurut Zulkifli, paham yang disebarkan oleh Gafatar sudah masuk kategori penipuan karena diharuskan menjual harta benda, dan uang hasil penjualannya digunakan entah untuk apa.
"Maka dari itu, saya harap masyarakat juga harus cerdas dalam membedakan. Selain itu, kita juga harus rutin lakukan sosialisasi yang sifatnya mencegah dari hal-hal yang tidak benar," tutup Zulkifli. (adv)

No comments:

Post a Comment