Sebagai negara kepulauan, tentu Indonesia memiliki banyak wilayah perbatasan dengan negara tetangga. Wilayah perbatasan tersebut ada dua macam, yaitu perbatasan darat dan laut.
Lokasi tersebut merupakan pintu gerbang masuknya berbagai hal ke Indonesia. Dengan begitu banyak faktor dari wilayah itu
yang menjadi perhatian khusus dari pemerintah. Seperti yang terjadi
pada Pulau Sangihe dan Talaud di Provinsi Sulawesi Utara yang merupakan
pulau yang berbatasan langsung dengan Filipina.
Sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia, menjaga
keamanan dan kesejahteraan penduduk di wilayah perbatasan menjadi sangat
penting dan menjadi fokus perhatian MPR RI bersama dengan DPR, DPD, dan
Pemerintah Provinsi. Hal tersebut disampaikan oleh Wakil Ketua MPR RI
Ee Mangindaan dalam pembukaannya dalam Rapat bersama MPR RI dengan
Pemprov Sulawesi Utara hari Jumat (27/11) di Manado.
"MPR sebagai wakil rakyat bertugas untuk menjaga NKRI
yang menjadi salah satu pilar. NKRI sudah menjadi harga mati," ujar
beliau.
Rapat ini membahas apa saja kendala yang dihadapi
oleh penduduk dan pemerintah kabupaten dalam melindungi wilayah
perbatasan. Kendala yang dihadapi penduduk di pulau-pulau terluar
tersebut antara lain keterbatasan listrik, mahalnya bahan bakar, dan
masih banyak lainnya.
Diketahui bersama bahwa Pulau Sangihe dan Pulau
Talaud di Provinsi Sulawesi Utara merupakan dua pulau terluar yang
berbatasan langsung dengan Filipina. Kedua pulau ini menjadi fokus
pembahasan dalam rapat kali ini.
Selain itu, tindakan kriminal seperti ilegal logging, ilegal fishing, penyelendupan narkoba dan senjata juga menjadi masalah baru yang harus dihadapi oleh pemerintah.
"Kemungkinan-kemungkinan rawan itu ada di pulau
terluar, sehingga kami menaruh perhatian sekali untuk bersama-sama
pemerintah sekaligus membantu Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP)
yang saat ini semakin banyak programnya. Pengaruhnya cukup besar karena
kita tidak ingin ada istilah perbatasan luar tetapi beranda depan.
Sehingga betul-betul menjadi ketahanan, penangkalan terhadap kemajuan
bangsa. Pembangunan nasional itu tidak terkecuali, semuanya bergerak
sekaligus," ungkap mantan Gubernur Sulawesi Utara.
Acara ini juga dihadiri oleh para anggota MPR, DPR ,
DPD RI, Pemprov Sulawesi Utara, Pemkab Sangihe, Pemkab Talaud,
Perwakilan TNI, Perwakilan Polri. Pemaparan materi juga dilakukan oleh
perwakilan Kementerian Perhubungan, Kementerian Hukum dan HAM,
Kementerian PDT, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian ESDM,
Dirje. Bea Cukai, dan BNPP. Hal tersebut dilakukan untuk bersama-sama
mencari penyelesaian kendala-kendala yang terjadi di wilayah perbatasan.
Menemukan Cahaya Terang
Selama ini wilayah perbatasan dianggap sebagai daerah
tertinggal. Untuk itu, kini pemerintah mencoba tidak hanya memerhatikan
keamanan tetapi juga kesejahteraannya.
"Dulu memang di perbatasan ada ilegal logging, fishing, dan penyelendupan, rawan sekali karena pengawan kurang. Sehingga dulu heavy nya
adalah keamanan. Sekarang dengan pemerintah mengubah, jika memerhatikan
keamanan, kesejahteraan tidak dilihat. Beberapa tahun belakangan ini
diputar, aspek kesejahteraan di depan tanpa meninggalkan keamanan," kata
beliau.
Kondisi di wilayah perbatasan tersebut menyebabkan
banyak masyarakat Sangihe dan Talaud mencari penghidupan di Filipina.
Bahkan sudah ada beberapa generasi yang ada di sana. Sebetulnya, mereka
sangat ingin kembali dan mencari kesejahteraan di Indonesia.
Dengan adanya acara ini diharapkan dapat membantu
masyarakat di wilayah perbatasan di Pulau Sangihe dan Pulau Talaud untuk
menemukan kesejahteraan di negaranya sendiri. Jadi mereka tak perlu
mencari-cari penghidupan di negara tetangga.
"Beranda depan kita ini harus terang. Terang dalam
artian sejahtera. Jangan coba-coba ganggu perbatasan kita," tutup Ee
Mangindaan. (adv)
No comments:
Post a Comment